Perjalanan yang belum selesai (210)
(Bagian ke dua ratus sepuluh, Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 17 Februari 2015, 23.59 WIB)
Kematian: Beda pandangan antara Islam dan sekuler.
Saling bunuh sesame manusia memang sudah diketahui Allah
maha pencipta, itulah ketika Allah ingin menciptakan manusia untuk jadi
khalifah di bumi, yaitu Nabi Adam, sempat mendapat protes dari para Malaikat.
‘’Mengapa Allah akan menciptakan manusia (adam) padahal
mereka akan saling bunuh di muka bumi.’’ Aku lebih tahu apa yang tidak kamu
ketahui,’’ Jawab Allah.
Namun sesuai petunjuk Al Quran dan Hadist, seorang Muslim
baru boleh membunuh bila mereka terdesak atau terancam nyawanya oleh pihak lain
yang mencoba mengina Agama Allah dan Nabinya, mencoba terus angkuh pada Allah
dan memusuhi Allah dengan cara berbuat syirik, menyukutukan Allah, menduakan
Allah, menganggap Nabi Allah sebagai anak Allah, padahal dosa syirik/menduakan
Allah) sangat besar dan tidak diampuni Allah, kalau mereka tidak menyadarinya
sebelum mati (Taubat).
Apakah manusia kini tidak belajar banyak dari sejarah
terdahulu, banyak diantara mereka mati sia-sia, lihat saja perang dunia II
lebih 60 juta orang tewas akibat perang, juga perangf dunia I, Perang di
Vietnam, perang di Afhanistan, perang salib sebelum perang dunia I.
Kini, dunia kembali dihebohkan dengan didirikannya Negara
Islam Suriah, Irak dan Syam/Islamic State of Iraq, suriah and Levant (ISIL).
ISIL sebagai kita ketahui dari Wikipedia bermashab ahlul
sunnah waljamaah (salafi), di dunia kini secara remi menggunakan mashab salafi
selain Arab Saudi , adalah ISIL.
Seperti kita ketahui salaf sangat menjunjung tinggi Nabi
Muhammad dan para saabatnya Umar, Usman, Abu Bakar dan Ali, ini berbeda dengan
kelompok Syiah yang menghina Sahabat Nabi dan merubah Rukun Islam dan Rukun
Islam, dua kalimat sahadat selain Nabi Muhammad dengan 12 Imam Shiah.
Dan mencoba menggunakan mushab Al Quran yang berbeda
dengan yang kini digunakan Sunni (Salafi).
Itulah sebabnya kelompok salafi fanatic menganggap shiah
telah keluar dari Islam dan Kafir.
Kini dengan didirikannya Negara ISIL, lawan (musuh utama)
adalah rezim Assad yang dibantu Negara Shiah Iran dan sekutunya Hezbollah.
Sedangkan di Irak yang mayoritas penduduknya Shiah
pemerintahannya di dominasi Shiah di dukung 80 negara Barat, termasuk Arab
Saudi, dan Uni Emirat Arab selain Jordania.
Kini menurut berita reuters pendukung ISIL tumbuh dan
muncul di Libya dan simpatisannya juga di Nigeria (Boko Haram).
Bila AS dan sekutunya membela Irak bukan karena Irak
Shiah, tapi kepentingan cadangan minyak Irak yang merupakan salah satu Negara pemilik
cadangan minyak terbesar di dunia setelah Arab Saudi dan Rusia.
Lalu dengan dikeroyok 80 negara Barat dan saudaranya
sendiri sesame Muslim (Salafi) memubuat ISIL akan punah dari muka bumi.
Kepunahan ini akan semakin dipercepat dengan pernyataan
pemimpin Hezbollah, Nasrullah, yang akan mengirim lebih banyak pasukannya ke
Irak dan Suriah.
Secara fisik, mungkin tidak ada satu pun pendukung ISIL
yang tersisa, namun menurut pandangan mereka kematian itu adalah awal dari
kehidupan baru yang sesungguhnya di Akherat, mereka menganggap akan mati sahid,
menemui Allah dalam keadaan suci tanpa dosa.
Jadi yang mati sia-sia siapa, wallahu alam (hanya Allah
yang tahu)
Kematian menurut Islam tentu berbeda dengan sekuler (atau
pandangan lain).
Kematian (atau meninggal) menurut pandangan Islam adalah
berakhirnya masa kehidupan manusia tinggal di bumi (atau tengah tinggal di alam
semesta lain).
Berakhirnya hidup manusia ditandai dengan dicabutnya roh
oleh malaikat maut dari tubuh manusia, Sampai saat ini manusia tidak bisa
mengetahui kapam persisnya dia akan mati, kecuali Allah telah memberitahu
manusia di dalam Al Quran, bahwa kematian itu telah ditentukan Allah di dalam
kitab:"Lauh Mahfuzh" .
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima
puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no.
2653).
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).
Bahwa manusia mati melalai berbagai cara, itu adalah
sebab yang juga telah ditentukan Allah, baik akibat sakit, kecelakaan, musibah
lain seperti Tsunami, sakit jantung, dan ribuan penyebab lain.
Jadi manusia hidup berapa tahun, manusia tidak tahu
secara pasti, yang bisa para dokter pun hanya menduga-duga saja.
Kematian, menurut Islam , adalah tahap awal dari
kehidupan abadi manusia, yaitu alam akherat, apakah nanti setelah dihisab Allah
dia akan abadi di Surga, atau di neraka.
Pandangan mengenai kematian inilah yang dianut Mujahidin
Afghanistan ketika berhasil mengalahkan tentara komunis Uni Soviet, dan kini
juga diterapkan para pejuang Muslim lainnya, yang memandang kematian , apalagi
kematian dalam membela agama dipandang sebagai mati sahid, mati sahid di dalam
al Quran sebagai kematian suci yang dijamin Allah masuk Sorga.
Nah pendekatan kematian menurut Islam ini tentu hanya
dipercayai dengan pendekatan orang beriman, yang percaya firman Allah di Al
Quran dan Hadist (Sabda) Nabi Muhammad SAW,
Jadi bila kematian dilihat darisudut pandang sekuler, ya
berbeda, karena konsep kehidupan manusia dari sudut pandang sekuler yang hanya
sepanjang manusia hidup, bisa 100 tahun, atau 1000 tahun, zaman Nabi Nuh,
Tapi, menurut Islam kehidupan manusia yang hakiki adalah
kehudupan abadi (tanpa batas umur di akherat.
Jadi, menurut Islam, manusia itu akan merugi kalau tidak
memanfaatkan waktu yang singkat di dunia , terutama persiapan di akherat,
bagaimana persiapan itu dilakukan, semua ada tuntunannya di Al Quran dan
Hadist.
Sedangkan pandangan sekuler, tuntunannya hanya ada akal
atau instink manusia, yang sangat terbatas, jauh dibandingkan ilmu Allah yang
telah menciptakan alam semesta termasuk akal dan instink manusia diciptakan
Allah.
Sebagai manusia cerdas dan berakal, lalu apakah kita
hanya mengandalkan akal kita sendiri yang sangat terbatas, dengan Ilmu Allah
yang tanpa batas.
Itulah sebbbnya pasukan Mujahidin dimana pun mereka
berjuang melawan musuh agama Allah selalu memiliki pasukan berani mati, masuk
ke jantung musuh dengan penuh bom di dada. Karena melalui cara ini mereka
memandang mempercepat mereka masuk surge, Mereka tentu saja tidak takut mati
dalam berjuang, walaupun dengan senjata sederhana, melawan musuh yang memiliki
senjata canggih. Jadi kekuatan mereka 90 persen didukung semangat juang dan
semangat fisabilillah, yang memandang kematian, seperti Firman Allah para
pejuang yang mati sahid itu sesungguhnya tidak mati menurut pandangan Allah.
Jadi kematian menurut Islam harus dilihat dari kacamata
orang beriman (Muslim yang percaya Al Quran dan Hadist).
Musuh Islam di zaman modern tentu saja berbeda dengan
zaman era Nabi Muhammad, bila dulu adalah para pembangkang (penyembah berhala)
yang selalu menyerang umat Islam, kini dalam bentuk lain, misalnya telah
mencoba menghina Islam seperti melecehkan agama Islam dan Nabi Muhammad,
mencoba menghina Nabi dan sahabatnya, mencoba membuat nabi baru , menggunakan
kitab Suci baru dan berbeda, atau jelas-jelas menyimpang seperti mengangap nabi
sebagai anak tuhan (Menyekutukan Tuhan)
Kalau manusia tahu (beriman) bahwa hidup di akherat jauh
lebih mulia dibandingkan hidup di dunia yang menurut pandangan Allah hina dina
ini, manusia beriman akan mendahulukan berangkat ke Mekah, untuk naik
haji/umroh, dibandingkan jalan-jalan ke New York, Paris, atau kota lain selain
Mekah dan Madinah, karena selain akan menjerumuskan kita akan maksiat syahwat
mata, sayhwat zinah, dan pemborosan harta sia-sia, tanpa pahala. Beda kalau
Berhaji/Umroh, selain pahala besar kalau ibadahnya diterima (ikhlas dan
menggunakan uang halal) juga akan menghapus dosa.
Dari pada kita naik kereta vip yang mahal, lebih baik
naik kelas ekonomi, uang berlebih bisa kita sedekahkan untuk yang berhak,
sebagai bekal di akherat.
Memang ujian yang berat adalah ketika kita dititipin
Allah berupa kekayaan berlebih, karena kalau kita tidak bersyukur akan membuat
kita sombong dan lebih mencintai dunia dibandingkan akherat. Juga titipan
berupa kekuasaan membuat kita angkuh dan sombong pada Firman Allah dan Sabda
(Hadist). Lihat saja perempuan-perempuan Muslim, yang dengan sombongnya
berjalan dimuka bumi dengan menentang firman Allah yang mewajibkan perempuan
itu mengenakan hijabnya. Lihat saja kebijakan wanita lemah iman itu biasanya
dikendalikan oleh syahwat kekuasaan yang dibujuk rayu iblis dan syaitan dengan
mengangkat pejabat yang korup dan haus kekuasaan dan tidak berbuat adil.
Pembunuhan mengerikan pilot Yordania Mouath al-Kasaesbeh
dengan membakar hidup-hidup mengirimkan gelombang kejutan di seluruh dunia dan
tumpukan membawa kecaman dari para pemimpin politik dan agama dari semua garis
terhadap ketinggian baru mengerikan yang Negara Islam terbukti mampu. Horor dan
jijik memuakkan dapat mewakili reaksi alami orang tercerahkan 'untuk kebiadaban
ini, tapi terlepas dari hukuman, adalah penting untuk memahami alasan dan
kemungkinan konsekuensi dalam konteks penuh gejolak di mana fenomena negara
Islam telah bermain keluar. Beberapa pertanyaan muncul dalam hal ini.
Yang pertama
adalah apakah kebrutalan Negara Islam merupakan Unleashing hiruk pikuk sadisme
pada bagian dari pemimpin psikopat, atau strategi yang disengaja dimaksudkan
untuk meningkatkan nya "lebih besar dari hidup" gambar dan
melemparkan bayangan menakutkan yang membuat lawan gemetar dan pengikutnya
bersorak. Cara konsisten di mana Negara Islam telah melaksanakan nya
"pemerintahan teror" menunjukkan yang terakhir. Organisasi
mengeluarkan pamflet di mana pemerkosaan terhadap tawanan wanita dibenarkan,
secara rutin strews kepala korban di seluruh kota Raqqa, yang
"modal," dan terlibat dalam kegiatan lain membuktikan bahwa Negara
Islam, kebrutalan bukan kehendak tapi suatu hal kebijakan inti.
Tidak kalah
penting adalah pertanyaan apakah strategi bekerja. Dilihat dari keberhasilan
Negara Islam sejauh ini, jawabannya tampaknya afirmatif. Sejak September 2014,
seperti Amerika Serikat terus kampanye serangan udara terhadap Negara Islam,
kelompok ini hampir dua kali lipat domain Suriah, dan itu kini semakin aktif di
Libya. Diakui, Negara Islam march kemenangan tidak dapat sepenuhnya berasal
kebrutalan dan barbarisme. Namun kebrutalan dan kebiadaban adalah bagian dari
merek, dimana ia menetapkan sendiri terpisah dari kelompok-kelompok yang
bersaing seperti al Qaeda. Ini adalah merek khusus yang menggairahkan ribuan
pejuang asing (30.000 menurut perkiraan terakhir) dan mendorong mereka untuk
mempertaruhkan nyawa dan anggota tubuh atas nama Negara Islam. Dengan ukuran
ini, kekejaman Negara Islam perpetrates tentu memberikan kontribusi bagian
mereka untuk pencapaiannya.
Seorang gadis
Yordania memegang poster pilot Muath al-Kasaesbeh di Amman febr. 2, 2015.
REUTERS / Muhammad Hamed
Jadi apa itu
tentang cara-cara aneh membunuh dan kultus kematian yang memiliki daya tarik
seperti magnet bagi banyak? Sigmund Freud terkenal disorot daya tarik yang
mendalam manusia 'dengan sadisme dan masokisme dengan mendalilkan naluri
adeath, kekuatan universal yang mengatur sisi gelap dari jiwa kita. Teka-teki
kematian dan sekarat telah terpesona orang dari zaman dahulu, membawa ribuan
bersorak Roma untuk menonton orang-orang Kristen yang dimakan oleh singa atau
gladiator dibantai oleh pemenang mereka. Kilau kematian hampir tidak redup
selama berabad-abad. Di masa lalu tidak terlalu jauh Amerika, penggantungan di
Selatan menarik penonton besar, seperti pemenggalan yang disponsori negara dan
pelemparan batu di Arab Saudi dan negara-negara lain yang diatur oleh hukum
Syariah lakukan hari ini. Proliferasi dan popularitas acara TV yang menampilkan
cara-cara kejam dan aneh membunuh membuktikan bahwa pesona dengan kematian
tidak disediakan untuk "tempat lain," dan bahwa rasa ingin tahu
tentang kekejaman mengerikan mengerikan memiliki kursi dihormati di ruang tamu
dari Amerika biasa.
Menonton, tentu
saja, hampir sama dengan melakukan. Satu mungkin membenci dan jijik dengan apa
yang seseorang melihat sambil terus bermain mata itu. Ada dalam jiwa kita
pertempuran antara "baik dan jahat," andcivilization bekerja dengan
menahan impuls destruktif dan memungkinkan ekspresi mereka dalam bentuk yang
sangat disublimasikan. Hal ini OK untuk menonton kekejaman di TV dan gambar pemenggalan
kepala, tetapi amat tidak dapat diterima untuk terlibat dalam setiap jenis
kekerasan otentik. Hal ini memungkinkan kita untuk melepaskan kita (destruktif)
uap, yang memberikan katarsis tanpa diduga menyebabkan kerusakan nyata untuk
masyarakat.
Ketenangan tatanan
sosial marah, namun, ketika narasi sosial diaktifkan untuk sanksi kekerasan
nyata. Hal ini sering terjadi ketika kategori orang yang setan - digambarkan
sebagai kurang manusia, hina hama yang manfaat tidak ada simpati atau
pertimbangan. Menghancurkan momok yang dibingkai sebagai baik, membenarkan
semua kekerasan bantuannya. Dalam kasus Negara Islam, mereka mengambil Islam
menyediakan suatu narasi membenarkan, memutar semangat Al-Quran untuk
melegitimasi kekacauan tak terkendali melawan musuh-musuh dugaan Allah.
Setelah tak
terbatas dari kekangan sosial, kekerasan tak tanggung-tanggung memegang
beberapa atraksi untuk para praktisi. Untuk satu, hal itu menanamkan ketakutan
primordial dalam hati musuh-musuhnya. Gagasan tentang sekarat adalah mendalam
menakutkan bagi kebanyakan orang; ide mati dalam keadaan sangat memalukan dan
menyakitkan melipatgandakan ketakutan tersebut. Selain itu, dispensasi hukuman
yang kejam dan tidak biasa meminjamkan pelaku aura mengesampingkan kekuatan
proporsi dewa. Ini menciptakan mitos potensi yang banyak orang, terutama mereka
yang tidak berdaya dan diremehkan, mungkin menemukan tak tertahankan.
Identifikasi dengan agresor adalah cara untuk merasa kuat dan aman. "Saya
bahaya," menyindir Walter Putih untuk istrinya Skylar dalam episode
mencolok dari serial TV Breaking Bad. Dia berarti untuk meyakinkan dan
menghilangkan kecemasan nya karena peran pelaku adalah bertentangan dengan itu
korban, dan ada keamanan psikologis dalam berada di penyalaan (bukan menerima)
akhir kekerasan.
Akhirnya, meskipun
tidak dari paling penting, kesiapan untuk pergi ke ekstrem kekejaman dengan
mengabaikan norma-norma universal kemanusiaan dan kasih sayang sinyal kedalaman
komitmen penyebab - pengabdian total dan jaminan dalam kebenaran dan keabsahan
mengucapkan. Keyakinan tersebut, juga, menarik dan daya tarik bagi orang-orang
yang bingung, tidak pasti dan bingung. Kekerasan yang tak terhitung bahwa
praktek Negara Islam membuktikan kedalaman komitmen ideologis. Dengan demikian
memberikan rasa banyak yang diinginkan tujuan dan makna pribadi bagi mereka
yang bergabung dengan grup.
Ini keuntungan
strategis meskipun, ada sisi lain penting untuk kekerasan keji yang menjadi
pertanda buruk bagi pelaku yang: The melepaskan dari kejahatan memobilisasi
upaya untuk mengalahkannya atas nama baik. Ini melepaskan kekuatan sendiri dari
kehancuran untuk memberantas wabah. Kemarahan dan jijik yang membangkitkan
kekejaman mengerikan dapat membuat reaksi yang kuat; sebelumnya faksi yang
terpisah dapat bersatu di belakang tujuan suci dan merasa diberdayakan untuk
mengakhiri kekejaman. Sebelum eksekusi al-Kasaesbeh, populasi Yordania yang
terpolarisasi dalam sikapnya terhadap Negara Islam; itu berbicara serempak
tegas sesudahnya. Suara-suara lain di Timur Tengah dan tempat lain menggemakan
kemarahan dan tekad suram Yordania. Mungkin saat itu, saat ini Negara Islam
mungkin telah melintasi garis merah, dan keuntungan itu digunakan untuk menuai
dari kekerasan tak terbatas yang dapat diimbangi oleh badai kemarahan yang
mengumpulkan menentangnya. (Reuters)
KEMATIAN, MENURUT AL QUR'AN DAN HADITS
1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia
walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
"Katakanlah: Sekiranya kamu berada di rumahmu,
niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar
(juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji
apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu.
Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung
di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang
canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan
kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka
memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau
mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi
kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa
orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
sedikit pun?" (QS An-Nisa 4:78)
3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari
menghindar.
"Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari
daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu
akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata,
lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah,
62:8)
4. Kematian datang secara tiba-tiba.
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang
pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS, Luqman 31:34)
5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat
ditunda atau dipercepat
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
(kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
DAHSYATNYA RASA SAKIT SAAT SAKARATUL MAUT
Sabda Rasulullah SAW: “Sakaratul maut itu sakitnya sama
dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW: “Kematian yang paling ringan ibarat
sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang
pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang
tersobek ?” (HR Bukhari)
Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW;
Ka’b al-Ahbar berpendapat: “Sakaratul maut ibarat
sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang
lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua
bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Imam Ghozali berpendapat: “Rasa sakit yang dirasakan
selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh
sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan
dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar
rambut dan kulit kepala hingga kaki”.
Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika
sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah
SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa
mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara
tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu
kuburan. “Wahai manusia,” kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki
dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini
rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku!”
Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda
untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti
hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian
seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang
mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan
mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya
beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah
mimpi.
Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan
berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan
atau kedzaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan
bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar
siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah.
Wallahu a’lam bis shawab.
SAKARATUL MAUT ORANG-ORANG DZALIM
Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan
tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika
mencabut nyawa orang dzalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan
Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri,
berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian
serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika
melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as
pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup
bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya,
padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.
Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul
Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh
kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh
kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari
tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam
di tanah yang terbuat dari timah keras.
Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita
kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita
melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa
dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu
orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di
hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu
selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu
selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." (QS Al-An’am 6:93)
"(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para
malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka
menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu
kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu
kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan
diri itu." (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)
Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan
diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang dzalim, si
malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik,
engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir di tengah-tengah perbuatan kejimu,
dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar
ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik!“ Ketika
itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.
Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga
mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka
tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan
meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan
padanya tempatnya di surga atau di neraka”.
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah
akhirat seorang dzalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak,
bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!
SAKARATUL MAUT ORANG-ORANGYANG BERTAQWA
Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman
akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan
menyebarkan wangi yang sangat harum.
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang
telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan)
kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan)
yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah
sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka
masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu
mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi
balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan
dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka):
“Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah
kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)
Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan
menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata
padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak,
bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai
hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan,
dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup,
ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan
Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.
Allahumma Amin.
Dari Ismail Musa
No comments:
Post a Comment