Pembunuhan Mahasiswa Muslim di amerika serikat Timbulkan
Duka dan Kemarahan
Craig Stephen Hicks (46 tahun),didakwa melakukan
pembunuhan berencana sehubungan dengan pembunuhan di sebuah kompleks apartemen
di luar kampus Universitas North Carolina di Chapel Hill, Selasa (11/2).
Warga meletakkan lilin untuk mengenang tiga orang
mahasiswa muslim, korban penembakan di luar kampus Universitas North Carolina
di Chapel Hill, North Carolina (11/2).
Wawancara VOA dengan Direktur Dewan Hubungan Islam di
Amerika
Organisasi Muslim AS Desak Polisi Ungkap Motif Pembunuhan
3 Muslim
Sengketa Parkir Berujung pada Pembunuhan 3 Muslim di
Amerika
Multimedia
Warga menggelar doa bersama bagi tiga mahasiswa Muslim
yang ditembak mati di kampus Universitas North Carolina di Chapel Hill,, Rabu
malam (11/2) dalam apa yang menurut teman dan keluarga mereka sebagai tindak
kejahatan karena dipicu kebencian.
Ribuan mahasiswa berkumpul mengenang pasangan muda yang
baru saja menikah Deah Shaddy Barakat dan isterinya Yusor Abu-Salha, serta adik
perempuan Yusor umur 19 tahun, bernama Razan Abu-Salha. Mereka dibunuh hari
Selasa (11/2) di sebuah kompleks apartemen di luar kampus.
Craig Stephen Hicks, tetangga mereka yang berumur 46
tahun, telah didakwa melakukan pembunuhan berencana sehubungan dengan
pembunuhan tersebut.
Polisi berpendapat perselisihan yang telah berlangsung
lama mengenai tempat parkir di kompleks itu memicu aksi penembakan tersebut,
tetapi Mohammad Abu-Salha, ayah kedua perempuan tersebut, mengatakan hari Rabu
(11/2), dia yakin penembakan itu adalah kejahatan karena rasa benci.
Hicks telah mengonfrontasi puteri dan suaminya itu
beberapa kali dengan membawa sepucuk pistol di pinggangnya. Sebuah kampanye
Twitter berslogan “Muslim Lives Matter" atau “Nyawa Muslim Berharga” telah
diluncurkan untuk menarik perhatian media masa di seluruh dunia.
Banyak yang dengan marah mengklaim tragedi itu diabaikan
karena korbannya adalah Muslim. Sebuah poster di Twitter berbunyi "Muslim
hanya menjadi berita bila di belakang senjata, bukan di depan." (VOA)
No comments:
Post a Comment