(Bahagian ke dua ratus sembilan puluh tujuh), Depok, Jawa Barat, Indonesia, 20 juni 2015, 09.05 WIB)
Al Quran dan Al Hikmah sama-sama datangnya dari Allah.
Kitab suci Al-Quran dan Al Hikmah (hadis / sunnah) sama-sama datangnya dari Allah yang turun melalui wahyuNya disampaikan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril.
Bezanya kitab suci Al Quran merupakan kitab suci mengandung perintah, larangan dan ajaran Islam yang utuh disampaikan dalam satu kitab.
Sedangkan Sunnah adalah perintah dan larangan dan petunjuk ajaran Islam yang belum ditunjukkan dalam amalan di Al Quran, kemudian di perjelas dan contoh-contoh ibadah dalam amalan sehari-hari yang dipraktikkan langsung Nabi Muhammad seperti tentang cara-cara solat lima waktu, dan amalan cara- cara ibadah lainnya serta maklumat yang di Al Quran masih belum jelas.
Seperti misalnya jumlah Nabi dan Rasul, kalau di Al Quran jumlah Nabi yang tertera hanya 25 nama Nabi sedangkan Rasul yang tertera hanya Nabi Nuh, Daud, Musa, Isa dan Muhammad.
Sedangkan di dalam al hikmah, Nabi Muhammad bersabda bahawa jumlah rasul ada 315 Rasul dan ada 124.000 Nabi.
Jadi ada maklumat lain yang tidak ada di Al Quran, namun ada di sunnah, namun kedua-dua sumber ini datangnya sama-sama dari Allah.
Jadi keliru bila ada sebahagian manusia yang menjadi inkar sunnah, hanya percaya Al Quran, namun menolak sunnah. Padahal Al Quran dan sunnah adalah satu jiwa yang tidak boleh dipisahkan.
Maka saya heran ketika Televisyen Republik Indonesia (TV RI) beberapa waktu lalu memaparkan seorang ustad ahli tafsir Al Quran, namun dalam menafsirkan Al Quran, tanpa menggunakan Hadist sebagai pembanding atau Hujjah.
Misalnya ada seorang penonton, yang menanyakan, apakah boleh ayat-ayat Al Quran dinyanyikan dalam sebuah lagu. Kata Ustad itu, sangat boleh, alasannya kitab Zaburnya Nabi Daud dalam bentuk Kidung (nyanyian).
Ustad ini lupa, ada hadis dari Nabi Muhammad, bahawa nanti menjelang hari kiamat dimana manusia kebanyakan menghalalkan alat-alat muzik dalam ibadah, seperi cara ibadahnya umat Kristian.
Jadi Allah menurunkan kitabnya disesuaikan pada zamannya, dan kitab Zabur juga berlaku hanya untuk umat Nabi Daud, dan tidak belaku untuk ummat Nabi Muhammad, yang setelah turunnya Al Quran, umat manusia diwajibkan mengikuti ajaran Al Quran, bukan lagi ajaran kitab sebelumnya (seperti kitab Zabur ).
Bahkan Allah dalam surah Al Baqarah berfirman bahawa hanya Islam (setelah diutusnya Muhammad) yang diredhai Allah, juga disebutkan Nabi Ibrahim adalah bukan penganut Yahudi maupun Nasrani, tetapi Islam.
Dan seluruh ummat yang sebelum ini beragama sebelum datangnya Islam, baik umat Nabi Daud (kitab zabur), agama Yahudi (Taurat / Nabi Musa), kitab Injil (Nabi Isa anak Maryam) wajib mengikuti ajaran yang disempurnakan Allah, Islam, kitab Al quram dan Al hikmah (sunnah) sesuai yang diamalkan Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
INILAH AL-QUR'AN WAHAI UMMAT ISLAM
Oleh
Syaikh Su'ud Syuraim
Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan rahmat. Pada bulan ini, jiwa-jiwa yang suci akan tampak nyata, dan semangat meraih derajat keiman paling tinggi semakin kuat. Pada bulan ini, kecintaan kepada al-Qur'ân, keinginan untuk mentadabburinya dan mentaatinya semakin bertambah. Kaum Muslimin bagai tidak mahu lepas dari al-Qur'an, yang merupakan sebaik-baik teman yang tidak pernah membosankan perkataannya. Barangsiapa membacanya seolah-olah dia sedang bercakap dengan ar-Rahmân. Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قد جاءكم من الله نور وكتاب مبين )15( يهدي به الله من اتبع رضوانه سبل السلام ويخرجهم من الظلمات إلى النور بإذنه ويهديهم إلى صراط مستقيم
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allâh, dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah, Allâh menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allâh mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [Al-Maidah / 5: 15-16]
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إن هذا القرآن يهدي للتي هي أقوم ويبشر المؤمنين الذين يعملون الصالحات أن لهم أجرا كبيرا
Sesungguhnya al-Qur'ân ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal soleh bahawa bagi mereka ada pahala yang besar [al-Isra '/ 17: 9]
Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba di dunia dan di akhirat selain memandang dan membaca al-Qur'an sepanjang masa serta mentadabburi (merenungi) nya. Amalan ini akan membuat seorang hamba mengetahui berbagai kebaikan dan keburukan serta keadaan para pelakunya, juga akan menampakkan gambaran hakikat dunia. Amalan ini juga membawa para pelakunya seakan berada diantara umat-umat terdahulu sembari menyaksikan azab dan siksa yang Allâh Azza wa Jalla timpakan kepada umat-umat terdahulu tersebut.
Orang yang mentadabburi (merenungi) al-Qur'ân seakan melihat proses tenggelamnya kaum Nûh juga Firaun beserta pengikutnya; Mereka juga seakan mendapati bekas-bekas petir yang menyambar kaum 'Ad dan Tsamud.
Orang yang mentadabburi al-Qur'ân akan mengetahui dan memahami hakikat jalan kebaikan beserta buah yang akan diraih oleh para pelakunya juga akan mengetahui hakikat jalan keburukan beserta akibat yang akan menimpa para pelakunya.
Allâh telah menjadikan al-Qur'ân ini sebagai pembeda antara yang haq dan yang batil. Orang yang mencari petunjuk dari al-Qur'ân, maka Allâh akan memuliakannya, sebaliknya barangsiapa mencari petunjuk dari selain al-Qur'ân, maka kehinaan pasti akan menimpanya.
Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu menemui Nafi 'bin Abdil Harist di' Usfan - beliau adalah wakil dari Umar di Mekah, Umar bertanya, "Siapa yang kau jadikan pemimpin bagi penduduk lembah?" Nafi 'Menjawab, "Ibnu Abza." Umar bertanya lagi, "Siapakah dia?" Nafi 'menjawab lagi, "Salah seorang bekas budak kami." Umar bertanya, "Kalian mengangkat seorang mantan budak?" Nafi 'berkata, "Dia pandai membaca (hafal) al-Qur'ân dan dia juga alim dibidang Fara'id (ilmu waris)." Lantas Umar berkata, "Sesungguhnya Nabi kalian Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda," Sesungguhnya Allâh akan mengangkat derajat suatu kaum dengan sebab al-Qur'ân, dan menghina yang lain dengan sebab al-Qur'ân. "[HR. Muslim ]
Al-Qur'ân adalah cahaya yang tidak boleh dipadamkan. Dia adalah jalan yang tidak pernah tersesat orang yang melaluinya; Dia sumber keimanan dan ilmu; Dia hidangan para Ulama dan penyejuk hati; Dia adalah undang-undang kehidupan, juga obat (penyembuh). Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قل هو للذين آمنوا هدى وشفاء والذين لا يؤمنون في آذانهم وقر وهو عليهم عمى
Katakanlah, "Al-Qur'ân itu adalah petunjuk dan penawar bagi kaum Mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Qur'ân itu suatu kegelapan bagi mereka. [Fusshilat / 41: 44]
Al-Qur'ân adalah kitab yang dijaga oleh Allâh Azza wa Jalla. Para pengikut hawa nafsu sangat berharap dan terus berusaha agar dapat mengeluarkan ayat-ayat al-Qur'an beserta hukum-hukumnya dengan air laut agar tidak ditinggalkan, tetapi itu sekadar keinginan yang tidak akan menjadi kenyataan dan usaha yang tidak akan pernah berjaya, kerana mereka tidak akan dapat mengalahkan Allâh Azza wa Jalla yang menjaga al-Qur'an.
Inilah dia kitab Allâh Azza wa Jalla yang turun melalui Jibril Alaihissallam. Lalu apakah yang telah dan yang akan kita lakukan dengannya? Akankah kita menjadikannya sebagai panduan dan undang-undang bagi kita dalam kehidupan kita? Ataukah hanya menjadi hiasan di rak buku, tidak tersentuh kecuali di bulan Ramadhân? Apakah kita akan berpegang teguh dengannya ataukah kita seperti unta yang kehausan di tengah padang pasir sambil membawa air di punggunghnya? Atau telinga kita seperti corong, ayat-ayat al-Qur'ân masuk melalui telinga kanan lalu keluar melalui telinga kiri?
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, bahawa Allâh Azza wa Jalla berfirman pada Nabi-Nya:
إنما بعثتك لأبتليك وأبتلي بك, وأنزلت عليك كتابا لا يغسله الماء, تقرؤه نائما ويقظان
"Sungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka untuk mengujimu dan menguji yang lain dengan kamu dan aku menurunkan sebuah kitab yang tidak boleh di cuci dengan air, kamu membacanya tatkala tidur dan terjaga."
Inilah al-Qur'ân, kitab pegangan kaum Muslimin, yang mengatur tata cara hidup setiap insan. Maka wahai kaum Muslimin! Hendaklah kita bertakwa kepada Allâh! Hendaklah kita memperlihatkan amalan kita berkaitan kitab Allâh ini dengan cara membaca, mentadabburinya dan selanjutnya mengamalkannya.
ثم أورثنا الكتاب الذين اصطفينا من عبادنا فمنهم ظالم لنفسه ومنهم مقتصد ومنهم سابق بالخيرات بإذن الله ذلك هو الفضل الكبير
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allâh. Yang demikian itu adalah kurnia yang amat besar. [Fathir / 35: 32]
Hendaklah kita senantiasa bertakwa kepada Allâh! Hendaklah kita memanfaatkan bulan yang penuh berkah ini dengan membaca al-Qur'ân dan mentadabburi ayat-ayatnya, mengaut faedah sebanyak-banyaknya dari pelajaran dan nasihat yang ada padanya. Kerana di dalam al-Qur'ân terdapat berita orang sebelum dan sesudah kita. Alangkah beruntung orang yang mentadabburinya dengan benar; juga alangkah berutung orang yang hati dan kulitnya bergetar serta takut apabila mendengar ayat-ayat al-Qur'ân lalu ia bergegas mengingat Allâh. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إن في ذلك لذكرى لمن كان له قلب أو ألقى السمع وهو شهيد
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. [Qâf / 50: 37]
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang sentiasa membaca al-Qur'ân, mentadabburinya lalu mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
(Diangkat dari Khutbah Jumaat di Masjidil Haram pada tanggal 15 Ramadhan 1433 oleh Syaikh Su'ud Syuraim, dengan judul al-Qur'ân ... Ya ummatal Islam)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02 / Tahun XVIII / 1435H / 2014. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo - Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
Cabaran Al-Qur'an
Oleh
Ustadz Abu Isma'il Muslim Al-Atsari
Diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Ini merupakan salah satu nikmat Allâh Azza wa Jalla yang terbesar kepada manusia. Keperluan manusia untuk beriman dan mengikuti agama yang dibawa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melebihi keperluan mereka terhadap makan, minum, atau nafas. Kerana ketiadaan makanan, minuman dan udara akan menyebabkan kematian jasmani, sedangkan ketiadaan iman kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebabkan kemalangan abadi dalam neraka.
Semua utusan Allâh Azza wa Jalla kepada manusia pasti disertai bukti nyata yang menunjukkan kebenarannya. Demikian pula Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Imam al-Bukhari rahimahullah telah meriwayatkan hadis shahîh sebagai berikut:
عن أبى هريرة قال قال النبى صلى الله عليه وسلم «ما من الأنبياء نبى إلا أعطى ما مثله آمن عليه البشر, وإنما كان الذى أوتيت وحيا أوحاه الله إلى فأرجو أن أكون أكثرهم تابعا يوم القيامة»
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada satu nabi-pun dari semua nabi-nabi kecuali telah diberi sesuatu (tanda kebenaran / mu'jizat) yang menyebabkan manusia beriman kepadanya. Dan yang telah diberikan kepadaku adalah wahyu yang Allâh wahyukan kepadaku. Maka aku berharap menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat ". [HR. Al-Bukhari, no. 4981]
Dari hadis yang agung ini kita mengetahui bahawa mukjizat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang paling besar adalah kitab suci al-Qur'ân. Sesungguhnya mu'jizat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih dari seribu jenis, sebagaimana disebutkan oleh sebagain Ulama. Penyebutan kemu'jizatan al-Qur'ân secara khusus dalam hadis ini menunjukkan bahawa mu'jizat al-Qur'ân adalah mu'jizat yang paling agung.
Al-Qur'an merupakan mu'jizat dari banyak pihak, dari sisi bahasanya, balaghahnya, hukum-hukumnya, peraturan-peraturannya, berita-beritanya, kisah-kisahnya, berita-berita ghaibnya, ilmu-ilmu pengetahuannya, dan lain sebagainya. Intinya al-Qur'ân merupakan mu'jizat dari semua sisi.
CABARAN UNTUK MEMUAT SEPERTI AL-QUR'AN
Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah al-Qur'ân, kerana ia adalah kalam (perkataan) Allâh. Tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan Allâh. Oleh kerana itu juga tidak ada perkataan makhluk yang menyamainya. Oleh kerana itu pula, orang yang tidak mempercayai al-Qur'ân sebagai kalam Allâh Azza wa Jalla, tidak mempunyai alasan sedikitpun.
Sebahagian manusia kagum terhadap al-Qur'ân, namun mereka tetap menganggap bahawa al-Qur'ân merupakan karya dan susunan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kepada orang-orang semacam ini, baik di zaman turunnya al-Qur'ân ataupun di zaman sekarang, Allâh Azza wa Jalla mencabar mereka untuk membuat kitab atau perkataan yang semisal al-Qur'ân.
Ketika al-Qur'ân diturunkan, suku Quraisy berada di puncak balaghah dan kefasihah dalam membuat kalimat, banyak orang-orang bijak di kalangan mereka, mempunyai lidah yang lancar, dan bakat yang hebat. Bahkan sebahagian mereka menduga bahawa mereka boleh membuat kalimat seperti al-Qur'ân, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla:
وإذا تتلى عليهم آياتنا قالوا قد سمعنا لو نشاء لقلنا مثل هذا إن هذا إلا أساطير الأولين
Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata, "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menhendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (al Qur'ân) ini tidak lain hanyalah cerita-cerita dongeng orang-orang purbakala ". [Al-Anfâl / 8: 31]
Oleh kerana itu cabaran tersebut adalah pantas terhadap mereka. Walaupun cabaran Allâh Azza wa Jalla turun beberapa kali kepada mereka. Ini semua membuktikan kebenaran al-Qur'ân yang datang dari sisi Allâh yang Maha Agung. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
أم يقولون تقوله بل لا يؤمنون)33(فليأتوا بحديث مثله إن كانوا صادقين
Ataukah mereka mengatakan, "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak beriman.
Kalau demikian, hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Qur'ân itu jika mereka orang-orang yang benar. [Ath-Thur / 52: 33-34]
Demikian juga Allâh Azza wa Jalla menetapkan, bahawa mereka tidak akan mampu membuatnya, walaupun seluruh manusia dan jin berkumpul untuk melakukannya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قل لئن اجتمعت الإنس والجن على أن يأتوا بمثل هذا القرآن لا يأتون بمثله ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا
Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'ân ini, nescaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lain. [Al-Isra '/ 17: 88 ]
CABARAN UNTUK MEMUAT 10 SURAT SEPERTI AL-QUR'AN
Ketika orang-orang kafir tidak ada yang menyambut cabaran Allâh Azza wa Jalla untuk membuat kalimat seperti al-Qur'ân, namun mereka tetap berkeras kepala menuduh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam membuatnya sendiri, maka Allâh Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya dengan cabaran yang lebih rendah dari sebelumnya. Iaitu cabaran untuk membuat 10 surat saja seperti al-Qur'ân.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
أم يقولون افتراه قل فأتوا بعشر سور مثله مفتريات وادعوا من استطعتم من دون الله إن كنتم صادقين)13(فإلم يستجيبوا لكم فاعلموا أنما أنزل بعلم الله وأن لا إله إلا هو فهل أنتم مسلمون
Bahkan mereka berkata, "Muhammad telah membuat-buat al-Qur'ân itu!" Katakanlah, "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allâh, jika kamu memang orang-orang yang benar". Jika mereka (yang kamu seru itu) tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu, maka ketahuilah, sesungguhnya al-Qur'ân itu diturunkan dengan ilmu Allâh, dan bahawasanya tidak ada Tuhan yang haq selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah) ? [Hûd / 11: 13-14]
CABARAN UNTUK MEMBUAT 1 SURAT SEPERTI AL-QUR'AN
Sungguh tidak diragukan lagi bahawa al-Qur'ân datang dari sisi Allâh Robbul 'alamin. Bagaimanapun usaha manusia, tidak mungkin boleh membuat kalimat seperti al-Qur'ân. Oleh kerana itu setelah cabaran Allâh Azza wa Jalla kepada orang-orang kafir untuk membuat kalimat seperti al-Qur'ân tidak ada yang menyambut. Demikian juga setelah cabaran diturunkan untuk membuat 10 surat seperti al-Qur'ân, juga tidak ada yang menyambut, maka Allâh Subhanahu wa Ta'ala menurunkan lagi cabaran-Nya menjadi satu surat saja seperti al-Qur'ân. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وما كان هذا القرآن أن يفترى من دون الله ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل الكتاب لا ريب فيه من رب العالمين )37( أم يقولون افتراه قل فأتوا بسورة مثله وادعوا من استطعتم من دون الله إن كنتم صادقين
Tidaklah mungkin al-Qur'ân ini dibuat oleh selain Allâh; akan tetapi (al-Qur'ân itu) membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb semesta alam. Atau (patutkah) mereka berkata, "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah, "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cubalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." [Yûnus / 10: 37- 38]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:
وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله وادعوا شهداءكم من دون الله إن كنتم صادقين )23(فإن لم تفعلوا ولن تفعلوا فاتقوا النار التي وقودها الناس والحجارة أعدت للكافرين
Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur'ân yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur'ân itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allâh, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya), dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, (neraka itu) telah disediakan bagi orang-orang kafir. [Al-Baqarah / 2: 23-24]
TIDAKKAH MANUSIA BERIMAN ?!
Dari keterangan ini kita mengetahui kebenaran al-Qur'ân yang tidak ada keraguan di dalamnya sebagaimana firman Allâh Subhanahu wa Ta'ala:
وما كان هذا القرآن أن يفترى من دون الله ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل الكتاب لا ريب فيه من رب العالمين
Tidaklah mungkin al-Qur'ân ini dibuat oleh selain Allâh; akan tetapi (al-Qur'ân itu) membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb semesta alam. [Yunus: / 10: 37]
Imam Ash-Shan'ani rahimahullah berkata, "Telah diketahui bahwa termasuk kepastian agama ini, iaitu semua isi al-Qur'ân adalah haq, tidak ada kebatilan (kesalahan / kepalsuan) di dalamnya, beritanya benar, tidak ada kedustaan; petunjuk, tidak ada kesesatan; ilmu, tidak ada kebodohan; keyakinan, tidak ada keraguan. Ini merupakan perkara prinsip. Keislaman dan keimanan seseorang tidak sah kecuali dengan mengakuinya. Ini merupakan perkara yang disepakati, tidak ada perselisihan padanya ". (That-hîrul I'tiqād 'an Adrânil ilhad, hlm. 2, karya imam Ash-Shan'ani)
Cabaran Allâh Azza wa Jalla yang turun bertubi-tubi kepada orang-orang kafir, dengan penetapan bahawa mereka semua tidak akan mampu membuatnya, padahal mereka sangat membenci dan memusuhi dakwah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, berusaha keras dengan pelbagai cara untuk menghalang tersebarnya agama Islam , namun tokoh-tokoh mereka bungkam dari cabaran agung ini, semua ini membuktikan kebenaran al-Qur'ân yang datang dari sisi Allâh yang Maha Agung. Maka tidakkah manusia mau beriman kepada al-Qur'ân? Hanya Allah Yang berkuasa memberikan petunjuk. Al-hamdulillahi Rabbil 'alamin.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08 / Tahun XV / 1433H / 2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
No comments:
Post a Comment