Perjalanan yang belum selesai (330)
(Bagian ke tiga
ratus tiga puluh), Depok, Jawa Barat, Indonesia, 03 Agustus 2015, 13.47 WIB)
Karunia Allah kepada manusia lengkap.
Karunia Allah kepada manusia (mahluknya) yang hidup di
bumi sangat lengkap dan sempurna, Allah dalam menciptakan manusia selain
melengkapi tubuh manusia dengan panca indera dan akal pikiran, juga memberikan
karunia kepada mahluknya di bumi berupa air hujan.
Dari air inilah manusia hidup, tumbuh-tumbuhan hidup
selain binatang, dengan air ini pula perkebunan, padi dan gandum, jagung bisa
tumbuh subur, binatang pun dengan mudahnya makan rumput atau daun-daunan yang
sebagian diantara daging binatang itu serta susunya bermanfaat bagi manusia.
Di dalam Al Quran surah Al Muminun ayat 17-22 Allah berfirman
: bahwa Allah yang menciptakan tujuh lapis langit dan bumi beserta isinya
termasuk mengatur karunianya berupa air hujan.
Di negeri-negeri yang jarang hujan pun Allah memberikan
karunianya berupa air, berupa sumber mata air dari tanah maupun air laut.
Karena dengan teknologi kilang yang bisa menyuling air laut menjadi air tawar
kini menyuburkan pohon dan perkebunan yang ada di Arab Saudi, Oman dan
negara-negara Arab lainnya.
Di negeri-negeri yang penduduknya ada sebagian yang
mensyukuri nikmat Allah pasti Allah akan memberikan karunianya, dengan
kecukupan air, kekayaan alam di bumi, di laut, dan kemudahan hidup lainnya.
Kalau melihat sejarah yang ada di Al Qur’an, bagaimana
suatu kaum (bangsa) yang tidak mensyukuri nikmat Allah dan malah menentang Nabi
dan Rasulnya selalu diberikan azab dari Allah berupa kesempitan hidup (rezeki)
seperti kekeringan yang berkepanjangan, hujan yang terus menerus hingga
menimbulkan banjir dan tanah longsor, sehingga membinasakan sebagian
diantaranya, bahkan ada bangsa yang sama sekali dimusnahkan (kecuali sebagian
kecil yang tetap beriman) dan digantikan dengan umat yang baru, seperti ummat
Nabi Nuh yang ditenggelamkan banjir bah hingga menenggelamkan mereka.
Banyak bersyukur lah kita Pada Allah, agar kita selalu
diberikan kemudahan hidup baik selama hidup di dunia maupun di akherat (yang
abadi).
Al-Qur-an Surat Al Mu’minun Ayat 17-22
وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا
عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ (١٧)وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ
فِي الأرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ (١٨) فَأَنْشَأْنَا لَكُمْ بِهِ
جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ لَكُمْ فِيهَا فَوَاكِهُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
(١٩) وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِلآكِلِينَ
(٢٠) وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهَا
وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (٢١)وَعَلَيْهَا وَعَلَى
الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ (٢٢
Terjemah Surat Al Mu’minun Ayat 17-22
17. [12]Dan sungguh, Kami telah menciptakan tujuh lapis
langit di atasmu[13], dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (kami)[14].
18. Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu
ukuran[15], lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi[16], dan pasti Kami berkuasa
melenyapkannya[17].
19. Lalu dengan (air) itu, Kami tumbuhkan untukmu
kebun-kebun kurma dan anggur[18]; di sana[19] kamu memperoleh buah-buahan yang
banyak dan sebagian dari (buah-buahan) itu kamu makan,
20. Dan (Kami tumbuhkan) pohon (zaitun) yang tumbuh dari
gunung Sinai[20], yang menghasilkan minyak, dan bahan pembangkit selera bagi
orang-orang yang makan[21].
21. Dan sungguh, pada hewan-hewan ternak[22] terdapat
suatu pelajaran bagimu[23]. Kami memberi minum kamu dari (air susu) yang ada
dalam perutnya[24], dan padanya juga terdapat banyak manfaat untukmu[25], dan
sebagian darinya kamu makan,
22. Dan di atas punggung hewan ternak[26], dan (juga) di
atas kapal-kapal kamu diangkut[27].
ISLAM PADUKAN ILMU SYAR’I DAN DUNIA
Oleh
Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah
Banyak orang yang salah kaprah tentang hakikat ilmu yang
shahih, yaitu ilmu yang harus dipelajari dan dicari. Mereka berselisih menjadi
dua pendapat, yang saling bersebrangan dan ekstrim. Salah satunya lebih
berbahaya daripada yang lainnya.
Pendapat pertama, pendapat yang mengatakan bahwa ilmu
yang shahih hanya terbatas pada sebagian ilmu syar’i yang hanya berkaitan
dengan perbaikan akidah, akhlak dan ibadah, bukan semua ilmu yang ditunjukkan
oleh al-Qur’ân dan as-Sunnah yang mencakup ilmu syar'i dan semua ilmu yang
menjadi perantaranya dan ilmu pengetahuan tentang alam semesta. Pendapat ini
bersumber dari mereka yang tidak memahami syari’at dengan benar. Namun,
sekarang mulai mencari cara tatkala melihat banyaknya maslahah dan manfaat ilmu
pengetahuan tentang alam semesta, juga ketika sebagian besar mereka menyadari
adanya petunjuk dari nash-nash agama tentang ilmu tersebut.
Pendapat kedua, pendapat yang membatasi ilmu pada
ilmu-ilmu modern saja yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Pendapat ini
muncul akibat dari berpalingnya mereka dari agama, ilmu agama dan akhlakya. Ini
jelas merupakan kesalahan yang sangat fatal, dimana mereka menjadikan perantara
sebagai tujuan. Mereka menolak ilmu yang shahih dan hakikat yang bermanfaat,
jika tidak ditunjukkan oleh ilmu modern sama sekali. Mereka telah tertipu
dengan berbagai hasil penemuan-penemuan baru. Merekalah yang dimaksudkan dalam
firman Allâh Azza wa Jalla :
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا
عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang
diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa
senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab
Allâh Azza wa Jalla yang selalu mereka perolok-olokkan itu. [al-Ghâfir/40:83]
Mereka bangga dengan ilmu mereka, menyombongkan diri
serta melecehkan ilmu para Rasul. Akibatnya, mereka ditimpa adzab yang mereka
perolok-olokan dan ancaman yang diberikan kepada para pendusta rasul-rasul
Allâh Azza wa Jalla . Mereka disiksa di dunia dengan ditutupnya hati, mata dan
pendengaran mereka, sehingga mereka tidak bisa melihat kebenaran.
وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَىٰ
Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan
lebih kekal. [Thaha/20:127]
وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ
Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab
Allâh Subhanahu wa Ta’ala. [Ghâfir/40:21]
ILMU YANG BERMANFAAT DALAM AL-QUR’AN DAN SUNNAH
Hakikat dan yang maksud dengan ilmu yang bermanfaat dalam
al-Qur’ân dan as-Sunnah yaitu semua ilmu yang menghantarkan kepada tujuan yang
mulia, yang membuahkan perkara-perkara bermanfaat, tidak ada beda antara ilmu
yang berkaitan dengan dunia maupun yang berkaitan dengan akhirat. Jadi, semua
yang membimbing manusia kepada jalan yang benar, bisa memperbaiki akidah dan
meningkat akhlak dan amalan, maka itu adalah ilmu.
Ilmu terbagi menjadi dua : Tujuan dan sarana (perantara)
yang bisa mengantarkan kepada tujuan.
Tujuan adalah semua ilmu yang memperbaiki agama,
sedangkan sarana adalah semua ilmu yang mendukung tujuan seperti ilmu-ilmu
bahasa arab dan ilmu-ilmu lainnya, termasuk ilmu pengetahuan tentang alam
semesta yang membuahkan ma'rifatullâh (pengetahuan tentang Allâh Azza wa
Jalla), pengetahuan tentang keesaan-Nya serta kesempurnaan-Nya, juga membuahkan
pengetahuan tentang benarnya para Rasul-Nya. Buah lainnya adalah dapat membantu
dalam beribadah dan bersyukur kepada Allâh l , serta membantu dalam penegakan
agama. Karena sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla telah menundukkan alam semesta
ini untuk kita dan Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk berfikir dan
berusaha menggali hal-hal yang bermanfaat, baik beragama maupun bermanfaat
dalam kehidupan dunia. Dan perintah terhadap sesuatu berarti perintah untuk
melaksanakan apa yang menjadi obyek perintah tersebut serta perintah juga untuk
melaksanakan segala yang menjadi perantara dan penyempurna penunaian perintah.
Ini mendorong kita untuk mengetahui ilmu pengetahuan alam
yang bisa digunakan untuk menggali manfaat dari segala yang telah Allâh Azza wa
Jalla tundukkan untuk kita. Karena manfaat dan hasil tidak akan bisa dicapai
tanpa usaha, berfikir dan melakukan penelitian. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ
لِلنَّاسِ
Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan
yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, [al-Hadîd/57:25]
Manfaat ini tidak akan tercapai kecuali dengan mengetahui
ilmu-ilmu terkait sehingga hasilnya maksimal.
Banyak sekali nash dalam al-Qur’ân dan as-Sunnah yang
memuji ilmu dan memuji para ahli ilmunya serta keharusan untuk lebih
mengutamakan ahli ilmu daripada yang lainnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا
يَعْلَمُونَ
Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui? [Az-Zumar/39:9]
Merekalah orang-orang yang takut kepada Allâh Azza wa
Jalla dan mengetahui-Nya
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Sesungguhnya yang takut kepada Allâh Azza wa Jalla di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. [Fâthir/35:28]
Allâh Azza wa Jalla memerintahkan orang yang tidak
mengetahui untuk bertanya kepada ahli ilmu.
Allâh Azza wa Jalla juga memerintahkan kaum Muslimin
untuk melakukan banyak jenis ibadah dan melarang dari segala yang haram.
Perintah dan larangan tidak mungkin dilakukan kecuali setelah memiliki ilmu dan
mengetahuinya. Jadi perintah dan larangan itu menunjukkan wajibnya mempelajari
segala yang berhubungan dengan perintah dan larangan itu sendiri. Sebagaimana
juga Allâh Azza wa Jalla membolehkan sebagian mu'âmalat (segala yang terkait
dengan intraksi antar sesama manusia) dan mengharamkan sebagian yang lain.
Untuk melaksanakannya berarti kita harus bisa membedakan antara mu'amalah yang
diperbolehkan dan yang tidak perbolehkan. Klasifikasi seperti ini tidak bisa
dilakukan kecuali dengan ilmu. Allâh Azza wa Jalla mencela orang-orang yang
tidak mengetahui batasan-batasan yang telah Allâh Azza wa Jalla turunkan kepada
para rasulnya dalam al-Kitab dan as-Sunnah.
Di antara perintah Allâh l adalah perintah berjihad dalam
banyak ayat, dan perintah untuk mempersiapkan kekuatan yang bisa dilakukan
untuk menghadapi musuh serta berhati-hati dari mereka. Perintah-perintah ini
tidak akan bisa direalisasikan kecuali dengan mempelajari ilmu tehnik berperang
dan pembuatan senjata.
Allâh Azza wa Jalla juga memerintahkan untuk mempelajari
ilmu perdagangan dan ilmu perekonomian, bahkan Allâh Azza wa Jalla
memerintahkan untuk menguji anak-anak yatim yang masih kecil dengannya agar
mereka tahu ilmu dagang dan bisa bekerja sebelum diserahi harta benda milik
mereka. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَابْتَلُوا الْيَتَامَىٰ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَ
فَإِنْ آنَسْتُمْ مِنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara
harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-harta mereka. [an-Nisâ/4:6]
Dalam ayat di atas, Allâh Azza wa Jalla tidak
memerintahkan untuk menyerahkan harta mereka sampai diketahui bahwa mereka
memiliki pengetahuan tentang cara pengelolaan harta dan mengetahui ilmu
perdagangan.
Syariat yang sempurna ini memerintahkan kita untuk
mempelajari segala jenis ilmu yang bermanfaat; mulai dari ilmu Tauhîd,
Usûluddîn, ilmu Fikih dan hukum, ilmu-ilmu bahasa arab, ilmu perekonomian dan
politik, serta ilmu-ilmu yang bisa untuk memperbaiki keadaan pribadi dan
masyarakat.
Tidak ada ilmu yang bermanfaat di dunia dan di akhirat
kecuali telah diperintahkan dan dianjurkan oleh syariat ini. Sehingga dengan
demikian, terkumpullah di dalam agama ini ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
pengetahuan alam. Bahkan ilmu-ilmu dunia yang bermanfaat bisa dimasukkan
menjadi bagian dari ilmu agama.
Adapun orang-orang yang berlebihan, mereka menjadikan
ilmu itu terbatas pada sebagian ilmu agama saja. Sungguh mereka telah jatuh
dalam kesalahan yang fatal.
Sebaliknya yang beraliran materialis, mereka memandang
bahwa ilmu yang benar hanya terbatas pada ilmu pengetahuan alam. Mereka
mengingkari ilmu-ilmu lainnya, mereka menyimpang sehingga agama dan akhlak
mereka rusak. Buah dari ilmu mereka hanya produk-produk yang gersang, tidak
bisa menyucikan akal dan ruh mereka, juga tidak memperbaiki akhlak. Ilmu mereka
lebih banyak mendatang mudharat daripada manfaatnya. Mereka hanya mendapatkan
manfaat dari sisi peningkatan produk dan penemuan baru saja, namun mereka
mendapatkan celaka dari dua sisi:
Pertama, ilmu-ilmu akan menjadi bencana terbesar bagi
mereka dan bagi umat manusia, karena ilmu-ilmu itu hanya mendatangkan
kebinasaan, peperangan dan kehancuran.
Kedua, dengan ilmu yang mereka miliki, mereka akan
menjadi bangga dan sombong sehingga mereka berani melecehkan ilmu para Rasul
dan perkara-perkara agama.
إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ
أَتَاهُمْ ۙ إِنْ فِي صُدُورِهِمْ إِلَّا كِبْرٌ مَا هُمْ بِبَالِغِيهِ ۚ فَاسْتَعِذْ
بِاللَّهِ ۖ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat
Allâh tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka
melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada
akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allâh. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [Ghâfir/40:56]
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا
عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang
diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa
senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab
Allâh Azza wa Jalla yang selalu mereka perolok-olokkan itu. [al-Ghâfir/40: 83]
Dengan uraian di atas, kita dapat mengetahui bahwa ilmu
yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat adalah ilmu-ilmu yang bersumber dari
kitab Allâh Azza wa Jalla dan sunnah Rasûlullâh n yang mencakup semu jenis ilmu
yang bermanfaat, tidak ada beda antara ilmu inti dan ilmu cabang, tidak pula
ilmu agama dan ilmu dunia semunya sama. Sebagaimana akidah Islam mencakup
kewajiban beriman kepada semua kebenaran, beriman kepada semua kitab yang Allâh
Azza wa Jalla turunkan, dan semua Rasul yang Allâh Azza wa Jalla utus.
Walhamdulillâh
(Diangakat dari kitab ad-Din as-Shahih Yahullu Jami'a
al-Masyakil)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun
XVII/1435H/2014. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196]
No comments:
Post a Comment