Walikota Surabaya
Tri Rismaharini Terbaik Ketiga di Dunia
Nama Tri Rismaharini berada di bawah nama Walikota
Calgary, Kanada, Naheed Nenshi di urutan pertama, serta Walikota Ghent, Belgia,
Daniel Termont pada posisi
Walikota Surabaya Tri Rismaharini. (Foto: Dok)
Nama kota Surabaya
kembali menjadi perhatian dunia, setelah Walikota Surabaya Tri Rismaharini
menduduki peringkat ketiga atau second runner-up, dalam daftar sepuluh teratas
walikota paling berprestasi versi World Mayor Prize (WMP).
Dilansir dari website www.worldmayor.com, nama Tri
Rismaharini berada di bawah nama Walikota Calgary, Kanada, Naheed Nenshi di
urutan pertama, serta Walikota Ghent, Belgia, Daniel Termont pada posisi kedua.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengaku bersyukur
dengan diberikannya penghargaan walikota terbaik ketiga di dunia pada dirinya
oleh World Mayor Prize, meski dirinya merasa tidak memiliki kehebatan untuk
menjadi Walikota terbaik.
“Itu aku loh gak daftar, aku ya gak ada target. Targetnya
itu tujuannya adalah warga Surabaya sejahtera, gak ada (target menjadi walikota
terbaik), wong aku gak daftar, gak tau yang masukin siapa," ujarnya.
Pakar tata kota asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) Surabaya, Profesor Johan Silas, mengapresiasi pencapaian keberhasilan
yang diraih Kota Surabaya, yang tidak lepas dari kesadaran warga kota untuk mau
melakukan yang terbaik bagi Kota Surabaya.
“Jadi memang Surabaya itu kaya dengan inovasi hampir di
segala bidang, dan yang menarik itu adalah bahwa inovasi itu tidak menunggu
bantuan dari mana pun. Jadi kalau kita lihat prestasi Surabaya ini adalah hasil
dari upaya orang Surabaya, dengan sumber daya Surabaya," ujarnya.
Selain meraih berbagai penghargaan, baru-baru ini Kota
Surabaya menempati urutan keempat kota di dunia dengan lalu lintas terburuk,
yang dikeluarkan oleh salah satu perusahaan pelumas mobil terkemuka di dunia.
]Tri Rismaharini menanggapi hal itu sebagai suatu hal
yang wajar, sebagai konsekuensi sebuah kota besar. Namun Tri juga
mempertanyakan parameter yang digunakan oleh perusahaan itu, untuk mengukur
tingkat kepadatan lalu lintas di suatu kota.
“Menurut saya melihatnya itu parameternya apa, saya harus
melihat dulu parameternya. Kalau misalkan dalam 24 jam dia macetnya sekian jam,
itu menurut saya gak apa-apa, ya masih bisa ditoleransi. Kalau kemudian kita
harus nunggu sampai perjalanannya, sampai berhenti berapa jam, itu sudah masalah.
Setiap kota besar pasti seperti itu, pasti seperti itu," ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintahannya hingga kini terus
mengupayakan perbaikan infrastruktur jalan serta sistem transportasi yang baik
di Surabaya, untuk mengatasi masalah kepadatan lalu lintas yang selalu menjadi
dampak kemajuan sebuah kota besar.
“Cara ngatasinya makanya kita membuat transportasi
massal, kemudian pembangunan infrastruktur jalan baru untuk menghubungkan
akses-akses itu," ujarnya. (VOA)
No comments:
Post a Comment