sebanyak 9 Mahasiswa Kedokteran Inggris Gabung ISIS
Sembilan Mahasiswa Kedokteran Inggris Gabung
ISISBeritaPrima, London – Sebanyak 9 mahasiswa kedokteran Inggris keturunan
Sudan melakukan perjalanan ke Suriah untuk bekerja di sejumlah rumah sakit di
wilayah yang dikuasi Negara Islam atau ISIS. Demikian laporan sejumlah media
Inggris, Minggu (22/3/2015).
Sembilan mahasiswa itu, 4 perempuan dan 5 pria, memasuki
Suriah pekan lalu. Mereka merahasiakan rencananya dari para kerabat sampai
sesaat sebelum menyeberangi perbatasan Suriah.
Politisi Turki, Mehmet Al Ediboglu, mengatakan kepada The
Observer, “Kami semua menduga mereka kini berada di Tel Abyad, yang berada di
bawah kendali ISIS. Konflik di luar sana sengit, sehingga bantuan medis pasti
diperlukan.”
Ediboglu, yang telah bertemu keluarga para mahasiswa itu,
mengatakan mereka menduga bahwa orang-orang muda muda Inggris itu telah ‘ditipu
(dan) dicuci otaknya’.
Kelompok itu, yang berusia belasan hingga awal 20-an
tahun, semuanya warga Inggris keturunan Sudan yang tengah belajar di sekolah
kedokteran di Khartoum, ibukota Sudan.
Ediboglu menjelaskan, “Anak-anak ini lahir dan dibesarkan
di Inggris, tetapi mereka dikirim ke Sudan untuk belajar di sekolah
kedokteran.”
Kesembilan orang itu terbang ke Istanbul pada 12 Maret,
kata dia. Mereka lalu naik bus ke perbatasan Suriah pada hari berikutnya.
Keluarga baru diberitahu saat salah satu dari mahasiswa
itu, Lena Maumoon Abdulqadir (19 tahun), mengirim pesan Whatsapp kepada adiknya
dengan mengatakan bahwa ia ingin menjadi ‘relawan guna membantu rakyat Suriah
yang terluka’. Pesan itu disertai sebuah foto selfie dirinya sedang ‘nyengir’.
Pesan yang dikirimkan kepada saudaranya itu dilaporkan berbunyi, “Jangan
khawatirkan kami, kami telah mencapai Turki dan sedang dalam perjalanan menjadi
sukarelawan demi membantu rakyat Suriah yang terluka.”
Ayahnya diduga langsung bergegas ke Turki setelah tahu
tentang rencana putrinya itu. Ketika berbicara kepada harian Turki, Birgun,
sang ayah berkata, “Dia tinggal di (Afrika) sebuah tempat yang membutuhkan
banyak dokter di mana-mana. Kenapa dia pergi jauh-jauh ke Suriah untuk menjadi
sukarelawan?”
Departemen Dalam Negeri Inggeris, sebagaimana diberitakan
Daily Mail, dilaporkan telah menyampaikan bahwa kelompok itu tidak akan secara
otomatis menghadapi tuntutan jika mereka kembali ke Inggris, asal bisa
membuktikan bahwa mereka tidak pernah berperang untuk ISIS. Sementara
Kementerian Luar Negeri negara itu mengatakan, “Kami memberikan bantuan
konsuler kepada keluarga dan telah memberitahu polisi Turki, mencoba untuk
memastikan keberadaan mereka.”
Kabar tentang sembilan mahasiswa itu muncul setelah lima
gadis remaja yang berminat ke Suriah dilarang bepergian ke luar negeri di
tengah kekhawatiran lebih banyak anak-anak Inggris berencana untuk bergabung
dengan organisasi teror ISIS. Paspor gadis-gadis itu, yang berusia antara 15
dan 16 tahun, telah ditarik seorang hakim Pengadilan Tinggi setelah ada
kekhawatiran terkait dugaan rencana mereka yang disampaikan sebuah pemerintah
lokal.
Orang-orang dewasa yang bertanggung jawab atas mereka
juga kehilangan paspornya.
Sehari sebelumnya, seorang anak laki-laki usia 16 tahun
dari Brighton juga dilarang bepergian ke luar negeri setelah kematian
kakak-kakaknya. Dua kakaknya tewas di Suriah.
Sebelumnya tiga remaja laki-laki menghebohkan Inggris
setelah dijemput di Istanbul ketika mereka mencoba untuk menyeberangi
perbatasan. Orang tua mereka di Inggris menelepon polisi setelah tiga anak
laki-laki yang berusia 17 dan 19 tahun itu hilang. Kepulangan mereka terjadi
saat tayangan tentang tiga siswi asal London utara yang sebelumnya meninggalkan
negara itu untuk bergabung dengan ISIS di garis depan muncul di layar televisi.
Bulan Februari Kadiza Sultana (16 tahun), Shamima Begum
(15), dan Amira Abase (15), melarikan diri ke Suriah. Gadis-gadis itu ditangkap
kamera CCTV di Inggris dan di Turki di mana mereka diperkirakan telah diantar
untuk melintasi perbatasan oleh ‘penghubung’ (fixer) ISIS yang memberi mereka
dokumen palsu.
No comments:
Post a Comment