Perjalanan yang belum selesai (292)
(Bagian ke dua ratus sembilan puluh dua, Depok, Jawa
Barat, Indonesia, 26 Mei 2015, 23.34 WIB)
Pasien HD Bertaubatlah (Istighfar).
Tidak terasa kini sudah bulan ke delapan saya melakukan
Hemo Dialisis (HD) atau cuci darah di Rumah Sakit milik Angkatan Udara Republik
Indonesia (AURI) Rumah Sakit Esnawan Antariksa di Halim Perdana Kusumah,
Jakarta Timur.
Pada bulan ke delapan ini saya melakukan cuci darah
melalui selang Dublelement di dada,
pindah dari doublelement sementara di leher.
Semula saya dioperasi di lengan saya untuk pasang semino,
namun setelah dioperasi dua kali, yang pertama gagal, kedua berhasil, namun
karena arteri saya tipis (lemah) gagal untuk ditusuk jarum untuk proses cuci
darah.
Kata para perawat arteri saya tipis dan lemah, mungkin
karena profesi saya sebagai journalist, yang dalam 30 tahun terakhir hanya
menulis lewat mesin tik/lap top (komputer), maka urat arteri tidak terbentuk.
Berbeda dengan para ibu-bu, walaupun usia lanjut gampang
menggunakan semino. ‘’Ini karena sejak muda saya ngulek cabai dan mencuci
pakaian suami dan anak, sehingga arteri terbentuk,’’ kata seorang ibu, juga
pasien HD di RS.
Kata Julianto, seorang perawat pria di RS ini, Ruang HD
milik AURI di Halim terbesar kedua di Asia Tenggara, setelah RS AURI di
Yogyakarta. RS Halim ada dua ruangan besar , masing-masing berkapasitas sekitar
30 tempat tidur, beroperasi tiga shift, pagi, siang dan petang (sore).
Bagi pasien HD disini, ada pasien baru dan ada pasien
yang sudah pergi (meninggal) adalah sudah biasa. Ada pasien yang baru cuci
darah tiga bulan , lalu meninggal, bahkan ada pasien yang sudah cuci darah 17
tahun baru meninggal juga ada, pasien beragam ada pasien berusia muda (20
tahun) ada pasien berusia di atas 80 tahun.
Mereka cuci darah akibat gagal ginjal, memang bagi mereka
yang menderita gagal ginjal hanya ada dua pilihan terapy, pertama transplantasi
(cangkok) ginjal, atau cuci darah (HD).
Penyebab gagal ginjal beragam, kebanyakan akibat darah
tinggi, diabetes, atau penyebab lain seperti keracunan obat (keseringan minum
obat) baik akibat penyakit asam urat, reumatik dan lain-lain.
Ada juga pasien yang ginjalnya mengecil akibat kebiasaan
keseringan minum berbagai jenis soda atau obat-obatan tanpa rekomendasi dokter.
Kata Julianto, dia belum pernah mendengar atau
menyaksikan ada pasien keluar dari RS ini sembuh secara medis, yang ada adalah
dari cuci darah tiga kali seminggu karena membaik bisa turun menjadi dua kali
seminggu, bahkan ada yang menjadi satu kali seminggu, kalau pasien disiplin
dalam hal makanan dan minuman.
Seperti diketahui pasien HD dilarang makan semua buah,
kecuali pepaya, ada pasien minum banyak jus jeruk siangnya , sorenya harus
diopname, begitu juga ada pasien makan pisang sesisir paginya, sore di opname,
akibat super kalium (kalium tinggi di tubuh).
Kalau badan kita sehat memang kalium diperlukan tubuh,
antara lain untuk meningkatkan libido dan menyehatkan sperma, namun karena
ginjal tidak bisa lagi bekerja menyaring kalium, maka yang sehat jadi penyakit.
Secara medis cuci darah yang ideal dilakukan 10 jam per
minggu, sehingga kebanyakan pasien ber HD rata-rata 4 jam sehari.
Lalu apa yang kita bisa lakukan selama 4 – 4,5 jam sekali
cuci darah, tidak bisa lain nasehat saya manfaatkan waktu kosong itu sebaik
mungkin, mungkin kita sebagai Muslim yang selama ini banyak lalai tidak banyak
memanfaatkan banyak waktu luang kita, waktu kita sehat, maka ketika kita
menderia musibah sakit, waktu luang yang tinggal sedikit ini kita manfaatkan
untuk bertaubat (Minta ampun atas segala maksiat dan banyak kelalaian) yang
kita lakukan sewaktu sehat.
Ingat, kata Nabi Muhammad, setiap anak adam (manusia)
pasti pernah berbuat dosa, dan Allah dalam firmannya menegaskan, bila ada
manusia membawa dosa setinggi bumi dan langit, maka akan dia ampuni seluruhnya,
Allah tidak peduli sebesar berapun yang kita pernah lakukan, asal kita
bertaubat, dan meninggalkan berbuat syirik (menyekutukan Tuhan, pergi ke
dukun/para normal untuk berobat).
Musibah sakit, kata Allah adalah salah satu ujian, kalau
hambanya bersabar, maka musibah sakit menjadi penyucian dosa (penghapus dosa).
Maka, isilah waktu selama cuci darah, seusai sholat, kita berzikir dan
istighfar, ditambah membaca surah Al Ikhlas 10 kali.
Karena kata Nabi, membaca surah Al Ikhlas pahalanya sama
dengan membaca 2/3 Al Quran.
Bagi suami, istri, anak, kepanakan, supir, tetangga,
kalau anda mengantar pasien ber HD dengan Ikhlas pahalanya setara 1000 kali
itikab di Masjid. Karena Nabi Muhammad dalam sabdanya mengatakan bila diantara
kamu yang menolong saudaranya dalam satu hajat (seperti ke rumah sakit HD),
maka ganjarannya setara 1000 kali itikab di Masjid . Itikab adalah berdiam diri
di Masjid dengan berbagai ibadah mulai dari sholat wajib, berzikir sampai
membaca Al Quran.
Maka, manfaatkan lah waktu sedikit tersisa ini untuk
bertaubat, selagi nyawa kita belum sampai kerongkongan (tenggorokan).
No comments:
Post a Comment