!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, May 18, 2015

Pengungsi rohingya: berkah bagi Muslim Indonesia.

Perjalanan yang belum selesai (282)

(Bagian ke dua ratus delapan puluh dua, Depok, Jawa Barat, Indonesia, 17 Mei 2015, 14.28 WIB)

Pengungsi rohingya: berkah bagi Muslim Indonesia.

Dalam beberapa pekan terakhir terdapat rasusan pengungsi Muslim Rohingya-Bangladesh di Aceh dan Sumatera Utara.
Pengungsi ini sebelumnya juga mengungsi ke Thailand dan Malaysia, namun di kedua negara ini mereka di tolak kedatangannya.
Thailand yang menemui kapal pengungsi ini di tengah laut setelah membantu bahan makanan dan bahan bakar kemudian di usir ke luar perairan mereka. Nampaknya keengganan juga dilakukan pemerintah Malaysia.
Kita sebagai bangsa mayoritas Muslim di dunia harus menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab dan menghargai hak asasi manusia.
Dari segi biaya memang akan menjadi beban pemerintah, yang kini menghadapi kesulitan ekonomi dan tingkat penganguran yang tinggi.
Namun, harus diingat pengungsi Rohingya, sebutan rohingya adalah istilah pengungsi muslim asal bangladesh yang mengungsi ke Myanmar.
Mereka mengungsi karena di bangladeh mereka menghadapi kehidupan yang sulit, miskin, dan terancam kelaparan. Seperti diketahui Bangladesh adalah salah satu negara termiskin di dunia, yang miskin sumber daya alam, dan berpenduduk padat, sehingga sulit bagi pemerintah Bangladesh mengentaskan kemiskinan, sedangkan negara lain , terutama Barat enggan membantu Bangladesh, karena miskin sumber daya alam, sehingga tidak memiliki harapan yang baik untuk mereka agar bisa menjual berbagai produk ke bangladesh.
Tidak seperti Indonesia kaya sumber daya alam, walaupun banyak dikuras dan dimanfaatkan kembali negara maju.
Menengok kembali masalah pengungsi Bangladesh/rohingya kita sebagai bangsa Muslim terbesar di dunia harus membantu mereka, ini perlu kita lakukan sebagai rasa syukur kita pada Allah yang maha memiliki seluruh kekayaan alam semesta, yang telah memberi karunia rezeki berupa kekayaan alam, batu bara, minyak bumi, gas, kelapa sawit yang bisa juga diolah jadi biodiesel, potensi panas bumi terbesar di dunia, tambang emas, timah dan kekayaan sumber daya manusia perlu bersyukur pada Allah dan berterima kasih pada Allah atas karunianya itu melalui uluran tangan kita pada saudara kita pengungsi Rohingya.
Kita yang diberikan kekayaan alam dari Allah, jangan selalu mempertimbangkan dari sisi dunia, namun juga dari sisi akherat, bukankah Allah akan memberi rezeki kepada suatu kaum yang bertakwa, yang datngnya tidak disangka-sangka sebelumnya.
Lihat Jepang, Korea, China kurang memiliki kekayaan alam, harus bekerja keras dan menjual produk mereka dulu baru rakyatnya sejahtera.
Perhatikan negeri yang mayoritas bertakwa, Allah memberi rezeki kekayaan alam melimpah, tanpa rakyatnya lebih kerja keras, dan berpikir keras agar produk mereka bisa di jual negara lain dan produksi pertanian mereka lebih produktif.
Qatar negeri Muslim walaupun kecil wilayahnya misalnya kini jadi negara pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, disusul Australia, Malaysia, Brunei Darusalam baru Indonesia.
Lihat Arab Saudi, menjadi produsen minyak mentah terbesar di dunia (11 juta barel minyak per hari), belum lagi Oman, Persatuan Emirat Arab, Yaman dan Irak, serta Iran.
Kecuali Amerika Serikat yang selain memiliki sumber daya manusia pintar dan wilayah luas, tapi juga memiliki sumber daya alam besar seperti minyak bumi dan gas alam, tapi juga digaris bawahi bahwa pertumbuhan Muslim di AS adalah tercepat di dunia, hampir di seluruh kota besar di AS memiliki Masjid dan Musholla, warga Muslim diberikan kebebasa beragama dan hak hidup setara warga lain, sehingga Allah juga tidak melupakan AS dengan Rahmat dan karunianya berupa kekayaan alam yang besar.

Nampaknya sebagian masyarakat Indonesia tidak perlu menunggu uluran tangan pemerintah, sebagian masyarakat Aceh kini berbondong-bondong memberi bantuan spontan, belum lagi sekelompok lembaga bantuan masyakat, termasuk Yayasan cahaya Sunnah Radio Rodja ingin mengetuk hati Muslim Indonesia untuk membantu pengungsi.
Nabi Muhammad dalam sebuah hadist berdialog dengan para sahabatnya:
‘’Siapa hari ini tengah berpuasa (puasa sunnah,’’. Aku”, jawab Abu Bakar Siddik, “Lalu siapa hari ini yang menjenguk orang sakit,’’ ‘’ aku,’’ jawab Abu Bakar lagi. Kemudian, Nabi bertanya lagi siapa hari ini yang telah menyolatkan jenazah. ‘’Aku,’’ jawab Abu Bakar. Dan pertanyaan yang keempat Nabi Muhammad bertanya lagi:’’ siapa hari ini sudah berinfak (sadakoh) pada fakir miskin,’’Dijawab Abu Bakar lagi ‘’aku,’’.
Oleh sebab itu Nabi Muhammad dalam sabdanya bahwa Abu Bakar yang  melakukan empat kebaikan dalam satu itu dalam satu hari, dinilai Nabi Muhammad sebagai salah satu orang generasi para sanabat yang paling bertakwa.
Jadi infak (sadakoh) kita pada pengungsi Rohingya adalah sebagai bentuk ketakwaan kita pada Allah. Kedatangan pengungsi Rohingya juga sebagai salah satu ujian keimanan bagi bangsa Indonesia apakah kita tega menzolimi saudara kita sendiri dengan mengusir nya ke tengah laut. Kalau ini kita lakukan, tunggu saja azab Allah akan menimpa, berupa kesempitan rejeki dan kemiskinan karunia Allah. Hati-hatilah.
Karena siapa tahu diantara pengungsi rohingya ada yang rajin beribadah pada Allah dan banyak berzikir pada Allh, Ingat orang yang terzolimi itu doa (kemarahan hatinya) diijabah Allah. Jangan sampai berbagai musibah melanda Indonesia karena kita menzolimi pengungsi Rohingya.
Saya ingat cerita Nabi Muhammad dalam sabdanya, nanti (pada generasi Tabiin, generasi kedua Islam), setelah generasi Nabi Muhammad ada orang yang bernama Uais bin Amir Koroni, asal Yaman,.
Dia adalah orang miskin, namun taat beribadah, selalu berdarma bhakti pada ibunya, karena ibunya lumpuh, kemana-mana selalu dia gendong.
Kata Nabi Muhammad, salah satu ciri Uais bin Amir koroni adalah ada sopak di badanya bekas terkena sakit kusta.
‘’Jika Anda menemui Uais ini, mintakan doa darinya, doanya diijabah Allah, karena ketakwaannya itu,’’ Kata Nabi Muhammad kepada para Sahabatnya.
Seusai Nabi Muhammad Wafat, kekhalifahan Abu Bakar belum menemui Uais bin Amir Koroni.
Namun pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab barulah ditemui Uais bin Amir Koroni itu setelah anak buah Umar memeriksa para kabilah yang datang dari Yaman.
Ternyata Uais yang bekerja sebagai tukang mencari rumput Onta para kabilah asal Yaman itu setelah diperiksa ciri-cirinya sama dengan seperti yang telah diutarakan Nabi Muhammad.
Lalu setelah dibawa menghadap Umar, sesuai wasiat Nabi Muhammad kami minta di doakan dari Anda wahai Uais, semula Uais enggan,’’: Apalah artinya seorang miskin seperti saya dibandingkan Umar yang mulia,kata Uais, namun, karena diceritakan ada pesan dan wasiat dari Nabi Muhammad ini Uais lalu memanjatkan doa pada Allah untuk kebaikan Umar dan kekhalifannya.
Ini menunjukkan, bahwa orang yang paling mulia disisi Allah adalah bukan orang paling kaya harta, tetapi orang yang paling bertakwa seperti Abu Bakar dan orang miskin Uais bin Amir Koroni.
Jadi pengungsi Rohingya juga adalah saudara kita sesama Muslim, jangan sampai kita menzolimi dan menyia-nyiakan mereka.
Ingat doa (sakit hati) orang yang terzolimi pasti di ijabah (dikabulkan) Allah.
Kata Nabi Muhammad tidak ada penghalang (batas) doa (sakit hati) orang yang terzolimi dengan Allah.
Ingat orang terzolimi kadang tidak ada sekat agama,  karena rahmat Allah untuk semua mahluk selama mereka hidup di dunia, sedangkan rahmat Allah untuk kehidupan akherat hanya diberikan Allah untuk mereka yang bertakwa pada Allah.
Salah satu contoh orang yang dizolimi adalah ketika, Utusan anak Geng His Khan, Hulagu Khan mengirim utusan (duta) ke penguasa Islam di Baghdad. Namun utusan Hulagu Khan yang tengah membawa surat pesan dari raja Mongolia itu, kemudian dipancung (dipenggal atas perintah pengusa.  Irak). Kemarahan Hulagu Khan (menjadi orang terzolimi) dikabulkan Allah, akhirnya kekhalifahan Irak kalah dalam perang melawan tentara Hulagu Khan, dan banyak kaum Muslimin, termasuk perempuan dan anak-anak yang dibantai tentara Hulagu Khan, dan banyak buku-buku Islam yang dibakar dan banyak ulama Irak dipenggal.
Jadi doa orang terzolimi itu juga ke luar batas keimanan seseorang, karena Rahmat Allah di dunia berlaku untuk semua mahluk, termasuk semua suku, ras, dan semua agama.
Kalau Rahmat Allah di dunia untuk semua mahluk(termasuk berbeda agama, ras, suku, dan berbeda asal usul), maka untuk di Akherat, tentu saja Rahmat Allah hanya diberikan pada orang yang beriman (rukun Iman dan rukun Islam) dan juga orang kafir bila Allah berkehendak, seperti penduduk terpencil yang belum mendengar datangnya Islam, orang bisu tuli, dari sejak kecil sakit pelupa, dan penyskit lain yang menghalangi dia mempelajari Islam
Makanya dari sisi harta di dunia, bisa saja orang kafir jauh lebih kaya dibandingkan orang Islam yang kebanyakan tidak memiliki harta dunia, namun Kata Allah orang paling kaya disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Apalagi bangsa Rohingya adalah suku yang tidak disukai dan dikehedaki kedatangannya di Myanmar, tekanan dan intimadasi dan teror kerap dilakukan masyarakat Myanmar lain yang mayoritas Budha itu, ini juga terbukti ketika pemerintah Myanmar segera mengirim pesawat Myanmar Airways ke Ambon, Maluku, menjemput para nelayan myanmar yang bekerja sebagai nelayan di Tual, namun diperlakukan sebagai pekerja budak, tapi ini tidak dilakukan terhadap pemgungsi Rohingya baik di Thailand, Malaysia maupun Indonesia. Kasihan bangsa Rohingya di intimidasi di Myanmar, kehadirannya di negara lain juga tidak diinginkan. Padahal mereka selain mahluk Allah sesama saudara seiman (muslim), hak-haknya sebagai manusia juga harus dihormati.

Orang Rohingya
Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Rohingya
Flag of the Rohingya
Jumlah penduduk
3 juta, anggaran[1]
Kawasan ramai penduduk
Myanmar (Arakan)
Bangladesh, Pakistan, UAE, Arab Saudi,Thailand
Bahasa
Bahasa Rohingya, Bahasa Burma

Agama
Islam, Sunnah

Kelompok etnik berkaitan
Senarai kumpulan-kumpulan etnik di Burma

Orang Rohingya kebanyakannya adalah satu kumpulan etnik beragamaIslam di utara Negeri Rakhine yang terletak di Barat Burma. Kebanyakan populasi Rohingya tertumpu di dua buah bandar utara Negeri Rakhine (yang dahulunya dikenali sebagai Arakan):

Isi kandungan  [sorokkan]
1 Sejarah
1.1 Pencabulan Hak-hak Asasi Kemanusiaan
1.2 Pelarian
2 Penafian hak warganegara
3 Bahasa
4 Catatan
5 Rujukan
6 Pautan luar
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Sejarah orang Rohingya dikatakan bertarikh dari awal kurun ke-7 di Negeri Arakan yang menjadi penempatan pedagang-pedagang Arab yang beragama Islam, namun bukti sejarah tersebut adalah sedikit.[2]

Orang Rohingya memiliki persamaan fizikal, bahasa dan budaya dengan orang Asia Selatan, terutamanya orang Benggali. Malahan, sesetengah orang Rohingya yang menetap di Arakan adalah keturunan orang Arab, orang Parsi dan orang Pashtun yang berhijrah ke Arakan semasa era pemerintahan Empayar Mughal.

Sultan Mahmood, seorang Rohingya yang kaya dan berpengaruh, merupakan setiausaha politik dalam kerajaan U Nu dan kemudiannya dilantik sebagai Menteri Kesihatan. Orang Islam Rohingya lain dalam kerajaan U Nu yang menjadi setiausaha parlimen antaranya ialah Sultan Ahmed dan Abdul Gaffar. Abdul Bashar, Zohora Begum, Abul Khair, Abdus Sobhan, Rashid Ahmed dan Nasiruddin (U Pho Khine) ialah juga ahli-ahli parlimen dalam kabinet U Nu.[perlu rujukan]

Pencabulan Hak-hak Asasi Kemanusiaan[sunting | sunting sumber]
Lihat juga: Penindasan ke atas orang Islam di Burma
Menurut Amnesty International, orang Rohingya terus menerus menderita akibat pencabulan hak kemanusiaan oleh juntatentera Myanmar sejak tahun 1978, dan akibatnya ramai yang telah melarikan diri ke negara jiran seperti Bangladesh.[3]

"Gerakan pembebasan orang Rohingya disekat dengan keras dan pada hakikatnya sebahagian besar mereka telah dinafikan kewarganegaraan Myanmar mereka. Mereka juga tertakluk pada pelbagai bentuk pemerasan dan pencukaian sembarangan; penyitaan tanah; pengusiran paksa dan pemusnahan rumah; dan sekatan kewangan ke atas perkahwinan. Orang Rohingya terus menerus dipaksa menjadi buruh dalam pembinaan jalan raya dan di kem-kem tentera walaupun jumlah buruh paksa di utara Negeri Rakhine telah menurun sejak sedekad yang lalu."
"Pada tahun 1978, dianggarkan seramai 200,000 orang Rohingya telah melarikan ke Bangladesh berikutan operasi Nagamin’ (‘Raja Naga’) tentera Myanmar. Secara rasmi kempen ini mensasarkan "pemeriksaan setiap individu yang tinggal dalam negeri tersebut, menandai warganegara dan orang asing bertepatan dengan undang-undang dan mengambil tindakan terhadap orang asing yang menyusup masuk ke dalam negara secara haram". Kempen ketenteraan ini disasarkan secara terus kepada orang awam, dan mengakibatkan pembunuhan, rogol dan pemusnahan masjid serta penindasan agama secara besar-besaran."
"Semasa 1991-92, satu gelombang baru orang Rohingya yang dianggarkan berjumlah suku juta orang telah melarikan diri ke Bangladesh. Mereka melaporkan tentang buruh paksa di samping hukuman mati terus, penyeksaan dan rogol. Orang Rohingya dipaksa bekerja tanpa bayaran oleh tentera Myanmar di projek-projek infrastruktur dan ekonomi, lazimnya dalam keadaan yang teruk. Banyak pencabulan hak-hak kemanusiaan lain berleluasa dalam konteks buruh paksaan orang awam Rohingya oleh pasukan keselamatan."
Pada 6 Februari 2009, Menteri Luar Indonesia, Hassan Wirajuda telah mengkritik Burma kerana menzalimi pelarian Rohingya, selepas hampir 400 orang pelarian Rohingya diselamatkan di pantai Sumatra pada Januari 2009.[4]

Pelarian[sunting | sunting sumber]
Gelombang berikutnya yang mengandungi ratusan ribu orang Rohingya yang melarikan diri daripada Burma dan ramai pelarian itu membanjiri negara jiran iaitu Bangladesh seramai 250,000 orang pada tahun 1978 kesan daripada Operasi King Dragon di Arakan. Pada tahun 1991, berikutan tindakan keras terhadap orang Rohingya, seramai 250,000 orang pelarian mencari perlindungan di daerah Cox's Bazar di Bangladesh. Sesetengah mereka kemudiannya dihantar pulang ke negara tersebut yang menafikan kewarganegaraan mereka. Sesetengahnya masil berada dalam buangan dan tinggal di Bangladesh,Pakistan, Arab Saudi, UAE, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Bermula pada tahun 2005, UNHCR telah membantu penghantaran pulang orang Rohingya dari Bangladesh, tetapi tuduhan mengenai pencabulan hak asasi manusia di kem-kem pelarian tersebut telah mengancam usaha ini.[5]

Di sebalik usaha-usaha terdahulu oleh PBB, majoriti besar pelarian Rohingya masih kekal di Bangladesh yang tidak dapat pulang kerana tidak diterima oleh rejim di Burma. Kini mereka menghadapi masalah-masalah di Bangladesh yang di sana mereka tidak mendapat sokongan daripada kerajaaan.[6] Pada Februari 2009, ramai pelarian Rohingya telah ditolong olehpelaut-pelaut Aceh di Selat Melaka selepas berada selama 21 hari.[7]

Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) menjangka kira-kira terdapat seramai 800,000 orang etnik Rohingya berada di Myanmar.

Penafian hak warganegara[sunting | sunting sumber]
Myanmar tidak mengiktiraf etnik Rohingya yang berketurunan Bengali sebagai rakyatnya kerana kumpulan itu hanya memasuki negara ini pada kurun ke-19 ketika pemerintahan Britain.

Menurut Perlembagaan Myanmar, hanya keturunan Bengali yang tinggal di negara ini sebelum kemerdekaan daripada Britain pada 1948 serta anak mereka, dianggap sebagai warganegara.

Justeru, mereka yang menetap di Myanmar selepas kemerdekaan secara rasminya dianggap sebagai pendatang asing dan mengancam keselamatan negara ini.

Pada asasnya, sukar untuk kebanyakan keturunan Bengali mendapatkan status warganegara dan mereka menghadapi diskriminasi selain pergerakan yang dihadkan, isu perkahwinan dan anak.[8]

No comments:

Post a Comment