Perjalanan yang belum selesai (201)
(Bagian ke dua ratus satu, Depok, Jawa Barat, Indonesia 5
Februari 2015, 03.52 WIB)
Hidayah: datangnya dari Allah.
Seandainya sebagian besar penduduk bumi menolak beriman
pada Allah, dan mereka menolak kebenaran Firman Allah dan Hadist Nabi Muhammad,
maka tidak sedikit pun akan merugikan Allah, karena Allah maha kuasa dan maha
kaya.
Namun sebaliknya bila seseorang (kelompok yang tadinya
belum beriman (non-Muslim/kafir) lallu masuk Islam, maka itu semua hidayah
datangnya dari Allah.
Tiga tahun lalu saya punya tetangga di seberang rumah,
namanya Pak Bambang, ia sejak kecil beragama Kristen, namun isterinya tetap
Muslim begitu juga mertua dari Isteri.
Pak Bambang pernah
bercerita ia merasa terpanggil masuk Islam ketika ia mengerjakan proyek
membangun jalan di Aceh. Di Aceh Pak Bambang kerap mendengar suara azan dari
Masjid berkumandang. Dari sinilah ini tersentuh masuk Islam, selain katanya
mertuanya ketika naik haji terus mendoakan dia agar masuk Islam.
Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat 'tidak ada Tuhan
selain Allah, Muhammad (SAW) adalah utusan Allah, di Masjid Annuriyah, Villa
Pertiwi, Depok, Cilodong, disaksikan ketua Masjid dan tokoh , masyarakat,
resmilah Pak Bambang Masuk Islam.
Namun, beberapa tahun kemudian Pak Bambang dipanggil
Allah (Meninggal), janji Allah orang yang tadinya kafir lalu masuk Islam,
terhapuslah seluruh dosanya bagai seorang anak bayi.
Semoga Pak Bambang meninggal dalam keadaan suci tanpa
dosa, amin,
500 Pekerja Cina Peluk Islam Usai Pemakaman Raja Abdullah
REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kesederhanaan pemakaman
almarhum Raja Abdullah bin Abdul Aziz menyentuh 500 pekerja Cina di Saudi.
Dalam sebuah video yang dipublikasikan Harian Saudi Ajel, selanjutnya 500
pekerja itu membaca syahadat.
"Mereka semua menjadi Muslim setelah melantunkan
melalui pengeras suara 'tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad (SAW) adalah
utusan Allah," demikian isi video yang beredar di YouTube, seperti
dilansirOnislam.net, Selasa (3/2).
Para pekerja asal Cina itu bersyahadat di dekat kantor
perusahaan mereka di timur Jubail. Usai bersyahadat, mereka menerima instruksi
dari otoritas keagamaan Saudi tentang bagaimana menjadi seorang Muslim yang
kaffah.
Raja Abdullah meninggal akhir Januari lalu. Selanjutnya,
Raja Salman menjadi penerus Raja Abdullah untuk memimpin Arab Saudi.
Hidayah Milik Allah
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah ta’ala, mungkin
kita sering berfikir, sudah banyak sekali cara kita untuk menyadarkan seseorang
yang kita cintai, untuk merubah sifat seseorang yang sangat disayangi. Akan
tetapi, segala cara dan upaya kita, ternyata tidak mampu untuk merubahnya
menjadi seseorang yang baik. Sebenarnya apa yang salah dengan upaya kita,
bagaimanakah caranya agar kita dapat merubah seseorang?
Mengenai hal ini, perlu kita ketahui, hidayah atau
petunjuk hanyalah milik Allah, bagaimana pun upaya kita untuk merubah
seseorang, bagaimana pun kerja keras kita untuk menyadarkan seseorang, maka itu
tidak ada artinya jika Allah tidak menghendaki hidayah kepadanya, orang
tersebut tidak akan berubah sampai Allah memberikannya hidayah. Allah berfirman
yang artinya “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang
yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).
Ibnu katsir mengatakan mengenai tafsir ayat ini, “Allah
mengetahui siapa saja dari hambanya yang layak mendapatkan hidayah, dan siapa
saja yang tidak pantas mendapatkannya”.
Syaikh Muhammad ibnu Shalih Al-Utsaimin menerangkan,
“Hidayah di sini maknanya adalah hidayah petunjuk dan taufik. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berikan hidayah ini kepada orang yang pantas mendapatkannya, karena
segala sesuatu yang dikaitkan dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka
mesti mengikuti hikmah-Nya.”
Nabi Yang Mulia Sendiri Tidak Dapat Memberi Hidayah
Taufik
Turunnya ayat ini berkenaan dengan cintanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pamannya Abu Tholib. Akan tetapi, segala
cara dan upaya yang dilakukan beliau untuk mengajak pamannya kepada kebenaran,
tidak sampai membuat pamannya menggenggam Islam sampai ajal menjemputnya.
Seorang rosul yang kita tahu kedudukannya di sisi Allah saja tidak mampu untuk
memberi hidayah kepada pamannya, apalagi kita yang keimanannya sangat jauh
dibandingkan beliau.
Tidakkah kita melihat perjuangan Nabi Allah Nuh di dalam
menegakkan tauhid kepada umatnya? Waktu yang mencapai 950 tahun tidak dapat
menjadikan umat nabi Nuh mendapatkan hidayah Allah, bahkan untuk keturunannya
sendiri pun ia tidak dapat menyelamatkannya dari adzab, Allah berfirman yang
artinya “Dan Nuh memanggil anaknya yang berada di tempat yang jauh, ‘Wahai
anakku! Naiklah bahtera ini bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang
kafir’. Dia berkata, ‘Aku akan berlindung ke gunung yang akan menghindarkanku
dari air bah. Nuh berkata, ‘Hari ini tidak ada lagi yang bisa melindungi dari
adzab Allah kecuali Dzat Yang Maha Penyayang.’ Dan gelombang pun menghalangi
mereka berdua, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.”
(QS. Hud:42-43)
Melihat anaknya yang tenggelam, Nabi Nuh berdoa (yang
artinya),“Dan Nuh pun menyeru Rabbnya, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya anakku
termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji yang benar, dan
Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.’ Allah berfirman, ‘Wahai Nuh,
sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu (yang diselamatkan), sesungguhnya
amalannya bukanlah amalan yang shalih. Maka janganlah engkau meminta kepada-Ku
sesuatu yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya Aku peringatkan engkau agar
jangan termasuk orang-orang yang jahil.” (QS. Hud: 45-46)
Contoh lainnya adalah apa yang dialami oleh Nabi Allah,
Ibrahim. Berada ditengah-tengah orang-orang yang menyekutukan Allah, ia
termasuk orang yang mendapat petunjuk. Allah dengan mudahnya memberikan hidayah
kepada seseorang yang dikehendakinya, padahal tidak ada seorang pun yang
mengajarkan dan menerangkan kebenaran kepadanya, Allah berfirman yang artinya
“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan yang ada
di langit dan di bumi, agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam
telah gelap, dia melihat bintang, lalu berkata, ‘Inilah rabbku’. Tetapi tatkala
bintang itu tenggelam, dia berkata, ‘Aku tidak suka pada yang tenggelam’.
Kemudian ketika dia melihat bulan terbit, dia berkata, ‘Inilah rabbku’. Tetapi
setelah bulan itu terbenam, dia berkata, ‘Sesungguhnya jika Rabbku tidak
memberi petunjuk padaku, pasti aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian
tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, ‘Inilah rabbku, ini lebih
besar’. Tatkala matahari itu terbenam, dia pun berkata, ‘Wahai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan! Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya’.”
(QS. Al-An’am: 75-79)
Dari hal ini, sangat jelaslah bagi kita, hidayah hanyalah
milik Allah, dan Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendakinya.
Barangsiapa yang Allah beri hidayah, tidak ada seorang pun yang bisa
menyesatkannya dan barangsiapa yang telah Allah sesatkan, tidak ada seorang pun
yang bisa memberi hidayah kepadanya. Allah berfirman yang artinya “Allah
memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
(QS. Al-Baqarah: 213) dan Allah berfirman yang artinya “Dan barangsiapa yang
disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemberi petunjuk.” (QS.
Az-zumar:23).
Cara Menggapai Hidayah
Setelah mengetahui hal ini, lantas bagaimana upaya kita
untuk mendapatkan hidayah? Bagaimana caranya membuat orang lain mendapatkan
hidayah?
Di antara sebab-sebab seseorang mendapatkan hidayah
adalah:
1. Bertauhid
Seseorang yang menginginkan hidayah Allah, maka ia harus
terhindar dari kesyirikan, karena Allah tidaklah memberi hidayah kepada orang
yang berbuat syirik. Allah berfirman yang artinya “Orang-orang yang beriman dan
tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al-an’am:82).
2. Taubat kepada Allah
Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang yang tidak
bertaubat dari kemaksiatan, bagaimana mungkin Allah memberi hidayah kepada
seseorang sedangkan ia tidak bertaubat? Allah berfirman yang artinya
“Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki
orang-orang yang bertaubat kepada-Nya”.
3. Belajar Agama
Tanpa ilmu (agama), seseorang tidak mungkin akan
mendapatkan hidayah Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya “Jika Allah menginginkan kebaikan (petunjuk) kepada seorang hamba,
maka Allah akan memahamkannya agama” (HR Bukhori)
4. Mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi hal
yang dilarang.
Kemaksiatan adalah sebab seseorang dijauhkan dari
hidayah. Allah berfirman yang artinya “Dan sesungguhnya kalau mereka
melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian
itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau
demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami,
dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (An-nisa: 66-68).
5. Membaca Al-qur’an, memahaminya mentadaburinya dan
mengamalkannya.
Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Al Quran ini
memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. Al-Isra:9)
6. Berpegang teguh kepada agama Allah
Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang berpegang
teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imron:101).
7. Mengerjakan sholat.
Di antara penyebab yang paling besar seseorang
mendapatkan hidayah Allah adalah orang yang senantiasa menjaga sholatnya, Allah
berfirman pada surat al-baqoroh yang artinya “Aliif laam miim, Kitab (Al Quran)
ini tidak ada keraguan padanya dan merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Siapa mereka itu, dilanjutkan pada ayat setelahnya “yaitu
mereka yang beriman kepada hal yang ghoib, mendirikan sholat dan menafkahkah
sebagian rizki yang diberikan kepadanya” (QS. Al-baqoroh:3).
8. Berkumpul dengan orang-orang sholeh
Allah berfirman yang artinya “Katakanlah: “Apakah kita
akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan
kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita
dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk
kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan
yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang
memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami.”
Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan
kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.” (QS.
Al-An’am:72).
Ibnu katsir menafsiri ayat ini, “Ayat ini adalah
permisalan yang Allah berikan kepada teman yang sholeh yang menyeru kepada
hidayah Allah dan teman yang jelek yang menyeru kepada kesesatan, barangsiapa
yang mengikuti hidayah, maka ia bersama teman-teman yang sholeh, dan barang
siapa yang mengikuti kesesatan, maka ia bersama teman-teman yang jelek. “
Dengan mengetahui hal tersebut, marilah kita berupaya
untuk mengerjakannya dan mengajak orang lain untuk melakukan sebab-sebab ini,
semoga dengan jerih payah dan usaha kita dalam menjalankannya dan
mendakwahkannya menjadi sebab kita mendapatkan hidayah Allah. Syaikh Abdullah
Al-bukhori mengatakan dalam khutbah jum’atnya “Semakin seorang meningkatkan
ketaqwaannya kepada Allah, niscaya bertambah hidayah padanya. Seorang hamba
akan senantiasa ditambah hidayahnya selama dia senantiasa menambah
ketaqwaannya. Semakin dia bertaqwa, maka semakin bertambahlah hidayahnya,
sebaliknya semakin ia mendapat hidayah/petunjuk, dia semakin menambah
ketaqwaannya. Sehingga dia senantiasa ditambah hidayahnya selama ia menambah
ketaqwaannya.”
Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah kepada kita
dan orang-orang yang ada disekeliling kita, aamiin. Washallallahu ‘ala
nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.
Penulis: Rian Permana
Artikel www.muslim.or.id
No comments:
Post a Comment